Tampilkan postingan dengan label Romance. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Romance. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Agustus 2014

This Is Our Life (Chapter 2 : Young Teacher)


Title : This Is Our Life

Author : Park Myunghee aka Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Jeon Yoora (OC).
  2. Bae Sunhee (OC).
  3. Jeon Jeongguk / Jungkook (BTS) as Jeon Jungkook.
  4. Kim Seokjin / Jin (BTS) as Kim Seokjin.
  5. Kim Taehyung / V (BTS) as Kim Taehyung.
  6. Min Yoongi / Suga (BTS) as Min Yoongi.
  7. Park Jimin / Jimin (BTS) as Park Jimin.
  8. Jung Hoseok / J-hope (BTS) as Jung Hoseok.
  9. Kim Namjoon / Rap Monster (BTS) as Kim Namjoon.
  10. Choi Junhong / Zelo (B.A.P) as Choi Junhong / Zelo.
Support Cast :
  1. Henry Lau (Super Junior) as Henry Lau.
  2. Xi Luhan (EXO) as Xi Luhan.

Genre : Humor , Romance (maybe?), Friendship , School Life

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Seluruh ide cerita dan OC dalam ff ini adalah murni karangan author. Taehyung sama Suga oppa punya author (*plaak! *digetok A.R.M.Y). Seluruh cast punya allah, orang tua, agensi, A.R.M.Y, Baby, diri mereka sendiri dan yang berhak saja :D

A/N : Jika ada kesamaan cerita atau nama tokoh harap dimaklumi. Itu hanya sebuah kebetulan. Oke? Jangan lupa tinggalkan jejak ya! ^^


Warning! Gaje, Typo, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.



Baca Juga => [FF BTS] This Is Our Life : Chapter 1






"Apa jadinya jika hampir setiap hari kau bertemu dengan orang yang menurutmu menjengkelkan? Bukankah hari itu akan menjadi sesuatu yang buruk? Bahkan mungkin waktu akan terasa berjalan dengan sangat lambat".


-
-

This Is Our Life

-
-


"Mwo? Apa katamu?"

"Ini tempat duduk kami berdua. Oh tidak! Lebih tepatnya ini adalah tempat dudukku dan Yoongi" Sahut Seokjin tanpa menatap Yoora.

"Jadi itu tempat duduk kalian?" Yoora membulatkan kedua bola matanya. Ia melirik kearah Sunhee yang juga terkejut.

"Aku sama sekali tidak tahu, kalau mereka berdua duduk di belakang kita" Ucap Sunhee sambil menggaruk rambutnya itu.

"BAE SUNHEE!!!" Teriak Yoora.


-
-

This Is Our Life (Chapter 2 : Young Teacher)

-
-


12-3 Classroom


Suasana di ruangan itu benar-benar jauh dari kata hening. Apalagi jika mereka berdua sudah saling bertemu. 

"BAE SUNHEE!!!" Teriak Yoora.

Semua pasang mata menatap tajam ke arah mereka. Sunhee, Seokjin dan juga Hoseok menutup rapat kedua indra pendengarannya. Begitu juga dengan sosok namja berambut coklat tua itu. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan ketiga temannya. "Dasar bodoh! Jangan berteriak seperti itu!" Ucap namja itu sambil menutup kedua telinganya.

"Memangnya apa masalahmu eoh?"

"Kau tidak tahu ya? Teriakanmu itu dapat membuat seluruh indra pendengaran siswa-siswi yang berada disini rusak!" Ucap Yoongi, namja berambut coklat tua itu. 

"Yoongi-ya! Dengar! Aku tidak akan berteriak seperti tadi, jika saja teman sebangkumu itu tidak memulainya!" Ucap Yoora Sambil melirik Seokjin.

"Mwo? Apa katamu? Enak saja kau berbicara!"

"Tapi itu memang kenyataannya bukan?"

"Hey, yeoja aneh! Kau tidak sadar ya bahwa kau yang memulainya terlebih dahulu? Bukankah tadi kau datang kemari dan kau berkata bahwa aku ini orang yang menyebalkan. Sekarang lihatlah! Siapa yang menyebalkan? Kau atau aku huh?" Ucap Seokjin dengan jari yang menunjuk tepat ke wajah Yoora.

"Tentu saja bukan aku. Karena menurutku kau adalah namja aneh yang paling menyebalkan!"

"Apa katamu?" Seokjin membulatkan kedua matanya.

Di saat pertengkaran adu mulut antara Jeon Yoora dan Kim Seokjin tengah terjadi. Tiba-tiba saja ada seorang namja berlari masuk ke dalam kelas itu. "Ada guru yang akan datang!" Serunya pada seluruh isi kelas. Semua siswa dan siswi di kelas itu pun kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Guru yang akan datang? Memangnya sudah bel masuk ya? Tapi kenapa aku tidak mendengarnya?" Ucap Yoora dalam batinnya. Ia pun kembali ke tempat duduknya.

"Seenaknya saja dia menuduh orang sembarangan..." Gerutu Seokjin setelah kembali ke tempat duduknya semula dan ia kembali melanjutkan aktivitasnya -membaca manga- yang sempat terhenti itu.

Seorang namja berpakaian ala gulu masuk ke dalam ruang kelas itu. Ia tersenyum ramah kepada seluruh siswa-siswi kelas itu. "Annyeonghaseyo!" Ucap namja itu sambil meletakan beberapa buku ke atas mejanya.

"Siapa dia? Kenapa aku belum pernah melihatnya ya?" Bisik Hoseok pada teman sebangkunya -Kim Namjoon-.

"Entahlah! Mungkin saja dia guru baru..."

"Annyeonghaseyo! Henry Lau imnida. Saya adalah wali kelas kalian. Saya akan mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Semoga kalian semua bisa menerima kehadiran saya disini..." Ucapnya lalu membungkukkan badannya 90 derajat.

"Apa benar dia wali kelas kita? Kenapa wajahnya imut sekali?" Bisik Yoora pada Sunhee, teman sebangkunya. Kedua matanya masih menatap namja yang tengah sibuk memperkenalkan diri itu.

"Sepertinya dia masih sangat muda..." Sahut Sunhee dengan suara yang tak kalah pelan dari teman sebangkunya itu. Yoora hanya mengangguk.

"Jangan berbisik seperti itu! Apakah ada yang mau ditanyakan mengenai perkenalan ini?" Tanya Henry sambil melirik ke arah Yoora yang sedang menganggukan kepalanya.

Yoora membulatkan kedua matanya, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, Sonsaengnim" Ucapnya gugup.

"Sonsaengnim, aku punya sebuah pertanyaan" Ucap Yoongi sambil mengangkat tangan kanannya.

"Kau mau tanya apa?"

"Sonsaengnim, kau berasal dari mana? Dan... Kalau boleh ku tahu, berapa usiamu saat ini?" Tanyanya lagi.

Henry sedikit terkejut dengan pertanyaan muridnya itu. Ia melihat seluruh siswa-siswi di kelas itu sedang menatapnya lekat. Mereka sedang menanti jawaban yang akan keluar dari mulut Henry rupanya. "Aku berasal dari Canada. Dan usiaku saat ini adalah 24 tahun"

"Ah? 24 tahun? Rupanya dia masih sangat muda..." Ucap Seokjin sambil menutup manganya itu. Sepertinya ia mulai tertarik untuk mendengarkan perkenalan dari guru barunya itu.

"Baiklah, sekarang aku mau kalian yang memperkenalkan diri kalian masing-masing. Cukup berdiri di tempat duduk, lalu sebutkan nama lengkap dan nama panggilan! Mari kita mulai dari kamu..." Ucap Henry sambil menunjuk seorang yeoja yang duduk di pojok kanan barisan paling depan.

.
.
.

10-2 Classroom

Kondisi di ruang kelas 10-2 juga tak jauh berbeda dengan kondisi yang terjadi di ruang kelas 12-3. Kondisi dimana sang guru kelas beserta siswa dan siswi saling berkenalan satu sama lainnya.

"Baiklah jika sudah tidak ada lagi pertanyaan, kita bisa mulai pelajarannya sekarang..." Ucap namja itu sambil berjalan menuju mejanya.

"Sonsaengnim, aku ingin bertanya..." Ucap Jimin sambil mengangkat tangan kanannya.

"Kau ingin bertanya apa?"

"Siapa namamu?" Tanya Jimin.

"Namaku Xi Luhan"

"Sonsaengnim, kau berasal dari mana?" Tanya Taehyung.

"Kenapa kau menjadi guru seni?" Tanya Junhong. "Dan kenapa tidak menjadi guru matematika atau yang lainnya saja?" Sahut Jungkook.

"Yak! Hentikan!!! Kalian berempat ini ingin mengerjaiku ya? Bukankah semua pertanyaan itu sama dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh teman-teman kalian sebelumnya?"

"Tapi kan kami belum bertanya..." Ucap Junhong dan Jungkook bersamaan dengan nada memelas.

"Untuk apa bertanya lagi jika kalian sudah tau jawabannya?"

"Euh... Galak sekali dia..." Gumam Jimin dengan suara yang super pelan. Taehyung mengangguk. "Padahal kan aku hanya ingin bertanya"

"Park Jimin, Kim Taehyung! Kalian pikir aku tidak bisa mendengar apa yang kalian katakan?"

Jimin dan Taehyung membulatkan bola matanya. "Eh? I-Itu... Itu..." Ucap Jimin dengan gugup sambil menggaruk tengkuk lehernya.

"Mimpi apa aku semalam? Kenapa aku mempunyai sonsaengnim macam dia?" Bisik Junhong pada teman sebangkunya, Jungkook.

"Junhong-ah, kau tahu tidak? Selama aku di Jepang, sepertinya aku juga belum pernah menemui sonsaengnim macam dia"

"Yak kalian berempat! Keluar dari jamku hari ini!" Ucap Luhan sambil menunjuk jungkook dan ketiga temannya.

Keempat namja itu terkejut. Mereka membuat ekspresi wajah yang sama, yaitu membulatkan bola matanya secara bersamaan. "MWO?" Ucap Taehyung.

"Tapi sonsaengnim..." Belum selesai Jungkook menyelesaikan ucapannya, Luhan sudah menyelanya terlebih dahulu.

"Tidak ada penolakan, kalian harus keluar sekarang juga!" Ucap Luhan sambil melipat kedua tangannya didada. Membuat keempat namja itu tidak berkutik lagi. Mereka hanya pasrah dan menuruti kemauan sonsaengnim barunya itu.

.
.
.

Kriiing... Kriiing... Kriiing...


Terdengar suara bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa dan siswi yang berada di dalam ruangan itu pun bersorak gembira.

"Baiklah, saya rasa materi hari ini sudah selesai. Selamat siang semuanya..." Ucap Henry. Ia pun melangkahkan kedua kakinya menuju ke luar kelas.

"Yoora-ya, kau mau ke kantin?" Tanya Sunhee pada teman sebangkunya, Jeon Yoora. Yoora menganggukan kepalanya. "Ne, ayo kita ke kantin!" Ucap Yoora. Mereka berdua pun mulai berjalan menuju kantin sekolahnya.

"Noona, noona..." Terdengar suara seseorang teriak memanggil kedua yeoja itu. Yoora dan Sunhee yang merasa terpanggil pun menolehkan wajahnya ke sumber suara.

"Eh? Siapa dia? Yoora-ya, kau kenal dia?" Tanya Sunhee setelah melihat seorang namja berambut hitam yang berdiri dihadapannya.

"Noona, masih ingat denganku kan?" Tanya namja itu pada Yoora.

Yoora mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja, aku ingat. Kau kan sahabat Jungkook yang paling menyebalkan" Ucap Yoora sambil terkekeh pelan.

Park Jimin, namja itu pun memukul pelan bahu Yoora. "Aish! Noona ini jahat sekali. Masa aku dibilang menyebalkan" Ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Membuat Yoora dan Sunhee tertawa melihatnya.

"Yak! Jimin-ah, kemana saja kau? Kucari sejak tadi, ternyata kau ada disini..." Ucap seseorang sambil menepuk bahu Jimin dari belakang.

Jimin pun menoleh ke sumber suara itu. "Mianhae, Jungkook-ah!" Ucap Jimin sambil tertawa, menunjukkan sederet gigi putihnya itu.

"Huh! Dasar menyebalkan!" Ucap Jungkook. Ia pun melirik ke arah dua yeoja dihadapannya yang sedang menatapnya heran. "Ah? Noona, sunbae? Sejak kapan kalian ada disini?" Tanyanya dengan wajah polosnya.

"Dasar bodoh! Sejak tadi kami sudah ada disini..." Sahut Yoora. "Oh iya, kalian berdua sebaiknya perkenalkan diri pada sunbae kalian yang satu ini" Ucapnya lagi sambil melirik Sunhee.

"Ah! Benar juga, aku belum mengenalkan diri pada sunbae..." Ucap Jungkook sambil tersenyum malu.

"Hi, sunbae! Kenalkan, aku Park Jimin. Aku adalah namja paling tampan dari namja tertampan yang pernah ada. Oh iya, cukup panggil saja aku Jimin. Aku berasal dari kelas 10-2" Ucap Jimin.

"Sunbae, kenalkan aku adalah Jeon Jungkook, adik kandung dari yeoja yang menyebalkan Jeon Yoora" Ucap Jungkook. Yoora pun memberi death glare pada Jungkook, hal itu tentu saja membuat Jungkook merinding seketika. "Aku berasal dari kelas yang sama dengan Park Jimin. Oh iya, walaupun tadi Jimin berkata bahwa dia adalah namja tertampan. Sebenarnya itu semua adalah perkataan bohong. Karena disini akulah namja tertampan dari namja tertampan yang pernah ada" Sahut Jungkook.

"Yak! Kau mengambil kata-kataku!" Ucap Jimin kesal.

"Ah, baiklah! Perkenalkan, namaku Bae Sunhee. Aku berasal dari kelas yang sama dengan Yoora"

"Ehm... Bolehkah aku memanggil sunbae dengan sebutan noona?" Tanya Jungkook dan Jimin secara bersamaan.

Sunhee tersenyum sambil mengangguk. "Ah, tentu saja! Mulai sekarang kalian adalah dongsaeng-ku. Jadi kalian boleh memanggilku dengan sebutan noona"

"Ah! Terima kasih noona..." Ucap mereka lagi.

"Hei, jangan sampai lupakan kenyataan bahwa aku juga ada disini!" Ucap Yoora. Ucapannya yang barusan itu berhasil membuat Sunhee, Jungkook dan Jimin tertawa.

"Oh iya, ayo kita pergi ke kantin!" Ajak Sunhee.

"Kami ikut...!" Ucap Jungkook dan Jimin. "Oh ya, dimana Taehyung dan Junhong?" Tanya Jungkook.

"Entahlah..."





-To Be Continued-





Kamis, 14 Agustus 2014

[FF] The Bad Boy - Chapter 1 : New Friends


Title : The Bad Boy

Author : Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Justin Bieber as Justin Bieber.
  2. Josh Hutcherson as Joshua Osbron.
  3. Austin Mahone as Dylan Rexford.
  4. Ariana Grande as Lily Madison.
  5. Bella Thorne as Vanessa Phyllis.
  6. AnnaSophia Robb as Daisy Wellington.
  7. Dakota Fanning as Lucy Clarimond.
Genre : Humor , Romance (maybe?) , Friendship , School Life

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Seluruh ide cerita dalam ff ini adalah murni karangan author. Seluruh cast milik tuhan, orang tua, Beliebers, fans, dan yang berhak saja :D

A/N : FF ini terinspirasi dari game yang aku suka. Nama game itu adalah Bullworth Academy. Jika ada kesamaan cerita dan nama tokoh harap dimaklumi! FF ini udah pernah aku publish di akun wattpadku. Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak! :)


Warning! Gaje, Typo, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.



Chapter sebelumnya => The Bad Boy - Prolog






[Preview] The Bad Boy - Prolog

"Jadi apakah anda adalah Mr. Bieber?" Tanya pria tua itu.

"Ya. Dan ini adalah putraku Justin Drew Bieber. Aku berharap dengan dia tinggal dan bersekolah disini. Dia bisa menjadi anak remaja laki-laki yang baik"

"Oke Justin, kau akan diantar oleh Mrs. Stewart ke kamar asrama mu..."

"Ayo Justin. Ikut saya!!!"

"Uh... Okay!"

-
-

The Bad Boy (Chapter 1 : New Friends)

-
-

Justin diantar oleh Mrs. Stewart berjalan menuju asrama boy untuk tempat tinggalnya nanti. Letak asrama itu lumayan jauh dari gedung sekolah. Justin pun berjalan sambil memperhatikan keadaan sekitarnya. Sepi sekali, itulah kata yang terlintas dari pikiran seorang Justin Drew Bieber. 

.

.

.

.

.

Kini Justin dan Mrs. Stewart masuk kedalam sebuah gedung besar bertingkat bertuliskan Dorm Boys. Mereka pun masuk kedalam gedung itu. Masih seperti tadi, suasana di dalam gedung itu benar-benar sunyi senyap. Mereka melanjutkan perjalanan dan terhenti pada sebuah ruang kamar bertuliskan angka 8. 

"Nah ini adalah kamarmu Justin. Kau bisa masuk ke dalam dan membereskan semua barang-barang milikmu" Ucap Mrs. Stewart.

"Uhh--Okay..." Justin pun memutar bingkai pintu itu dan masuk ke dalam kamar tersebut.



.

.

.



Justin Pov

Aku membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar. Aku melihat ada tiga ranjang single di dalam kamar ini. Tapi aku sangat tidak menyukainya, karena kamar ini sangat sempit. Aku pun melihat-lihat keadaan kamar ini. Setelah aku melihat keadaan kamar, aku berpikir bukan hanya aku yang menempati kamar ini. Kenapa? Karena kamar ini sangat berantakan. Tidak mungkin jika kamar ini kosong dalam posisi berantakan. Aku yakin ada yang menempati kamar ini selain aku. Ah sudahlah! Ku hempaskan tubuh lelahku ini di atas sebuah ranjang. Aku memejamkan kedua mataku. Dan....

 

BRUUUKKK.....

 

Terdengar suara bantingan pintu yang keras itu hingga membuatku terkejut. Mataku terbelalak ketika melihat seorang remaja laki-laki masuk kedalam dan ada seorang remaja lainnya ikut masuk kesini. Kupikir mereka adalah teman sekamarku. Tapi apa iya?

"Oh, ayolah maafkan aku. Aku tidak sengaja melakukan itu. Biar aku perbaiki PSP milikmu...." Ucap remaja laki-laki yang memiliki rambut coklat tua dan mata hijau itu.

"Sudah lupakan saja, aku sudah memaafkanmu..." Ucap remaja yang lainnya sembari tersenyum kecil dan berjalan menuju sofa yang ada dikamar kami. "Hey, sepertinya kita kedatangan teman baru" Lanjutnya sambil melirik kearahku.

"Hi, kenalkan aku Joshua Osbron" Ucapnya sambil menjabat tanganku.

"Aku Justin Bieber" Ucapku. Lalu aku memutar kedua bola mataku menuju remaja yang sedang duduk di atas sofa. "Lalu kau siapa?"

"Aku Dylan Rexford. Apakah kau anak baru?"

"Um--Of Course!"

"Well. Dari manakah asalmu?" Tanya Dylan.

"Strartford, Ontario, Canada. Kau sendiri?"

"San Antonio, Texas, Amerika Serikat"

"Ohh. Texas? Cool..."

"Hey, apakah tidak ada yang mau tau dari mana aku berasal?" Ucap Joshua.

"Oh Josh, kurasa dari mana asalmu itu tidak penting bagi kami! Hahaha~" Dylan tertawa lepas melihat raut wajah Josh yang tampak konyol itu.

"Err.. Menyebalkan!!!" Josh mendengus kesal pada Dylan. Sepertinya mereka berdua memang sudah sangat akrab. "Well. Justin, untuk lebih dekat dengan kami. Bagaimana kalau kau ikut kami untuk makan siang diluar?" Ajak Josh.

"Makan siang diluar? Apa boleh?"

"Tentu saja, boleh. Jika sekolah sudah selesai, kami bebas kemana pun" Ucap Dylan.

"Asalkan kami kembali sebelum jam 9 malam" Ucap Josh melanjutkan kata-kata dari Dylan.

"Wow... Kupikir tinggal di asrama sangatlah ketat, tapi---"

Dylan bangkit dari sofa yang diduduki olehnya sejak tadi. "Yeah, awalnya aku juga berimajinasi seperti itu. Tapi kenyataannya asrama ini tidak seperti yang ada dalam imajinasiku. Haha~"

.

.

.

.

.

Aku, Josh, dan Dylan berjalan kaki menuju gerbang. Kami pun keluar dari asrama ini. Aku melihat Josh dan Dylan merebut paksa dua sepeda dari tangan pemiliknya yang masih termasuk siswa Musical Academic. Aku hanya terdiam melihat aksi kasar dari kedua bocah itu, sampai akhirnya Josh menyuruhku untuk naik kesepedanya. Aku dibonceng oleh Josh dengan berdiri dibelakang sambil memegang pundak Josh.

Josh dan Dylan mulai mengayuh sepeda dengan kilat. "Kita mau kemana?" Aku menoleh pada Dylan yang sedang mengendarai sepeda tepat disampingku.

"Entahlah. Apa kau ada ide?"

Aku menepuk keningku karena heran dengan kelakuan bodoh dua bocah itu. "Oh shit. Jadi kalian berdua mengendarai sepeda ini tanpa tujuan?" Dylan hanya tertawa mendengar ocehanku tadi. "Hmm---Bagaimana kalau kita makan ke Mc. Donald saja?"

"Nah, good idea Mr. Bieber" Ucap Josh sambil tetap mengendarai sepeda.

.

.

.

.

.

Kini kami bertiga telah tiba di Mc.Donald. Kami pun langsung turun dari sepeda dan langsung memparkirkannya. Setelah memparkirkan sepeda, kami bertiga masuk ke dalam Mc.Donald dan mencari tempat duduk yang kosong. 

"Okay, kalian ingin pesan apa?" 

"Aku cheeseburger" Ucap Josh.

"Kau pesan apa Dylan?"

"A--Aku? Umm... Kurasa aku ingin big mac, untuk minuman terserah kau saja"

"Umm... Okay wait!!!" Aku pun bangkit dari tempat dudukku. Dan....

"AWAAAASS JUSTEEENN!!!!" Terdengar suara teriakan Josh dan Dylan yang memekik.

 

BYUURRR.......

 

Sepertinya aku menabrak seseorang. Aku pun menoleh ke belakang untuk melihat yang terjadi. Oh tidak!!! Aku menabrak seorang gadis yang sedang membawa pesanannya. Minumannya tumpah mengenai makanannya dan sebagian lagi airnya berceceran di lantai. Gadis itu menatapku dengan sinis.

"KAU TELAH MENGACAUKAN MAKAN SIANGKU DAN TEMAN-TEMANKU!!!" Teriak gadis itu sambil mendorong tubuhku. Aku menabrak meja didekatku. Aku hanya menatap Josh dan Dylan, namun mereka berdua hanya membalas tatapanku dengan heran kemudian mengangkat bahu mereka keatas.

Aku pun berjalan mendekati tempat duduk gadis dan teman-teman dari gadis yang ku tabrak tadi. "Huh.... Hey, nona maafkan atas kecerobohanku yang tadi" 

"Kawan-kawan sebaiknya kita pergi dari sini. Kita cari tempat lain untuk makan siang kali ini!" Gadis berambut merah itu bangkit dari tempat duduknya, diikuti oleh kawan-kawannya.

"Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja!"

"Apa? Maaf katamu? Kau pikir dengan kata maafmu itu bisa mengembalikan semuanya... HAH?" Ucap gadis itu lalu pergi meninggalkanku.

"Maaf atas perlakuan temanku ya. Dia memang sedang banyak masalah" Ucap gadis yang memiliki rambut coklat tua itu lalu mengikuti temannya pergi. 



.

.

.



Josh Pov

 

Malam ini aku mengalami insomnia. Aku pun duduk dan melihat Dylan telah tertidur pulas. Aku pun segera memutar bola mataku kearah tempat tidur Justin. Namun aku melihat Justin masih duduk melamun diatas ranjangnya. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Tapi aku pikir dia sedang banyak masalah. Akupun berjalan menuju ranjangnya dan duduk tepat disampingnya.

"Justin...." Seruku. Namun tidak ada respon dari Justin dan dia masih melamun. "JUSTEEENN!!!!" Aku pun berteriak tepat disamping telinganya. 

"Aghhh!!!!" Justin mendekap mulutku dengan bantal yang dari tadi di genggamnya. Tidak, kupikir dia benar-benar ingin membuatku mati. "JOSH, APA-APAAN KAU INI? KAU INGIN MEMBUATKU JANTUNGAN?"

"I'm sorry. Habis dari tadi kuperhatikan, kau melamun saja. Kalau kau ada masalah cerita saja padaku! Tenang, aku bisa menjaga rahasia kawan..." Ucapku berbisik.

"Tidak, aku tidak ada masalah"

"Apa kau yakin?"

Justin mendorong tubuhku dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Sudah pergi sana! Aku mau tidur" Justin mengusirku dari tempat tidurnya.



.

.

.

 

Author Pov

Malam yang gelap gulita kini sudah menjelma menjadi pagi yang cerah. Siswa dan Siswi Musical Academic pun harus menjalani aktivitas seperti biasanya.

 

KRIIINGG....... KRIIIINGG....... KRIIIIIIIINGGG...........

 

"Err.... A---Ada kebakaran... Kebakaran... Josh, Dylan bangun. Asrama kita kebakaran!!!!" Ucap Justin sambil menggoyang-goyangkan tubuh kedua temannya itu. "Aduh kalian ini susah sekali sih. Hey, bangun ada kebakaran!!!" Justin masih menggoyang-goyangkan tubuh kedua temannya itu dengan wajah yang panik.

"Hoooaammm...." Dylan menguap dan mulai membuka matanya.

"Hey Dylan bangun. Sudah tau ada kebakaran masih saja bersantai-santai"

"APA KAU BILANG KEBAKARAN?" Ucap Dylan dengan mata melotot.

"IYA.... AYO KITA BANGUNKAN JOSH!!!" Ucap Justin menarik tangan Dylan untuk turun dari ranjang.

"JOSH BANGUN KEBAKARAN!!!"

"Huh... Apa kalian yakin ada kebakaran ditempat ini?" 

Justin tidak habis pikir, kenapa Josh masih terlihat santai dalam ranjangnya. Padahal Justin yakin sekali bahwa ada kebakaran. "Yakin sekali Josh!"

"Ah sudah kalau kau tidak mau bangun, kami berdua saja yang keluar" Ucap Dylan menarik tangan Justin dan membawanya keluar. Namun, setelah keluar mereka heran karena suasana di asrama itu sangatlah tenang seakan-akan tidak terjadi apapun.

"Justin, katamu asrama kita kebakaran?"

Justin hanya menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal itu. "Uh... Aku tidak tau. Tapi tadi aku mendengar suara seperti alarm kebakaran"

"Oh Justin. Mungkin yang kau dengar itu bukan alarm kebakaran"

"Lalu itu ap---"

"Itu alarm pagi untuk kita bangun tidur bodoh!!!!" Ucap Dylan lalu masuk kedalam kamarnya dan meninggalkan Justin diluar.



.

.

.

 

Justin Pov

 

Baru dua hari saja aku tinggal di New York sudah banyak kejadian awkward yang menimpaku. Kupikir dengan tinggal disini justru akan membuatku semakin buruk. Apalagi jika aku terus bersama kedua temanku Josh dan Dylan yang memang memiliki sifat yang tidak jauh dariku. Suka mencari keributan, malas belajar, dan suka berlaku seenaknya, ya itulah kami. Hari ini adalah hari pertamaku untuk masuk ke kelas. Dan kau tau pelajaran pertama yang harus ku ikuti itu apa? Matematika, ya matematika pelajaran yang paling aku benci. Semoga saja ini tidak menjadi awkward moment lagi.

"Hey kau rambut jambul coklat!!!" Ucap seorang guru wanita sambil melihatku dengan sinis.

Aku melhat kiri dan kanan untuk memastikan bahwa guru itu benar-benar memanggilku. "Err.... Siapa? Aku?"

"Ya kau...." Wanita itu menunjukku dengan wajah penuh amarah.

"Kenapa?"

"Mana seragam milikmu?"

"Seragam? Aku belum mendapatnya, lagi pula aku adalah siswa baru disini" Jawabku santai.

"Aku tidak perduli dengan alasanmu itu. Sekarang kau minta seragam milikmu diruang pengambilan seragam!!!!"

"Apa? Aku harus mengambil seragam ditempat yang aku tidak tau???" Balasku dengan nada suara yang meninggi. Aku yakin setelah ini dia akan marah padaku.

"Bodoh.... Cari sendiri sana!!! Kau kan sudah besar"

"Okay... Baiklah!!!" Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan keluar kelas dengan santainya.

 

.

.

.



Author Pov

 

Justin berjalan menuruni anak tangga. Dia bingung harus bertanya pada siapa. Tiba-tiba saja ada terdengar seseorang memanggilnya. Tunggu memanggilnya atau bukan ya? Atau jangan-jangan dia salah dengar.

"HEEEEEYY!!!!"

Justin menoleh pada sumber suara. Terlihat ada seorang gadis berkulit putih, berambut kuning pendek sebahu yang sedang mendekatinya. "What's up?" 

"Kau laki-laki yang kemarin mengacaukan acara makan siang ku bukan?"

Justin berusaha mengingat kejadian yang lalu. Dan benar, gadis yang ada dihadapannya itu adalah teman dari gadis yang Justin tabrak kemarin. "K--Kau mau a--pa? Jangan bilang kau datang kemari karena disuruh oleh kawanmu si rambut merah itu"

"Apa si rambut merah? Maksudmu Lily Madison?"

"Whatever.." Justin melipat kedua tangannya tepat didepan dadanya.

"Umm... Kenalkan aku Daisy Wellington" Ucap gadis itu sambil menjulurkan tangan.

"Justin Drew Bieber"

 

Justin dan Daisy pun berkenalan hingga mereka tampak lebih akrab. Daisy pun tidak segan menemani Justin untuk mengambil seragamnya. Hingga pada suatu tempat, terdengar suara teriakan seorang gadis memanggil nama 'Daisy'. Lantas siapakah yang memanggil Daisy?

 



-To Be Continued-






Rabu, 13 Agustus 2014

[FF] Change My Mind - Prolog


Title : Change My Mind

Author : Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Barbara Palvin as Selena Falkner.
  2. Zayn Malik (One Direction) as Zayn Malik.
  3. Louis Tomlinson (One Direction) as Louis Tomlinson.
  4. Niall Horan (One Direction as Niall Horan.
  5. Hayley McFarland as Cassidy Michael.
Genre : Humor , Romance

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Seluruh ide cerita dalam ff ini adalah murni karangan author. Seluruh cast milik tuhan, orang tua, Directioners, dan yang berhak saja :D

A/N : Jika ada kesamaan cerita dan nama tokoh harap dimaklumi! FF ini udah pernah aku publish di akun wattpadku. Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak! :)


Warning! Gaje, Typo, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.









Kota London merupakan wilayah metropolitan terbesar di Britania Raya. London juga terkenal sebagai salah satu tujuan wisata favorit di dunia. Pada saat itu adalah Bulan Desember. Kota London sedang mengalami sebuah musim dingin. Butiran-butiran salju putih mulai turun menghujani kota itu.

Gadis itu tengah berjalan menelusuri kota sembari menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Ia tetap merasa kedinginan walaupun telah mengenakan baju musim dinginnya. Ya, memang hari ini cuaca di Kota London sangatlah ekstrim.

"Huft... Hari ini dingin sekali. Jika saja aku boleh memilih, aku ingin dirumah saja untuk hari ini"

Selena Howell Falkner adalah seorang gadis cantik berusia 18 tahun. Saat ini ia bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restaurant. Ia tinggal bersama keluarganya.

Selena terus berjalan menelusuri jalanan Kota London yang cukup ramai itu. Hingga langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu masuk sebuah Restaurant. Ia pun segera membuka pintu kaca itu dan berjalan menuju sebuah ruangan kecil di pojok Restaurant itu.

"Pagi Selena..." Sapa seorang gadis ketika ia tengah membuka pintu berwarna coklat kayu itu.

"Hey Cassidy... Wajahmu begitu bersinar hari ini. Ada apa?"

Gadis berambut keriting itu hanya tersenyum manis tanpa memberikan jawaban apapun.

"Hey, hey... Ada apa ini? Oh ayolah, ceritakan pada sahabatmu ini!" Selena pun duduk disebelah Cassidy.

Cassidy hanya tersenyum. Tentu saja hal itu semakin membuat sahabatnya itu penasaran. Cassidy pun menatap wajah Selena yang terbalut dengan rasa penasarannya. Mata coklat tuanya itu bertemu dengan mata biru milik Selena.

"Sebenarnya.... Besok restaurant ini akan dihias" Ucap Cassidy.

Selena membesarkan kedua bola matanya. Ia sedikit terkejut dengan pernyataan yang barusan dikeluarkan oleh sahabatnya itu. "Memangnya ada pesta apa?"

Cassidy hanya menggeleng pelan. "Hanya untuk menyambut tamu spesial yang akan datang kemari..."

"Benarkah itu? Siapa tamu spesialnya? Apakah dia Justin Timberlake, musisi Amerika favoritku itu?" Selena terlihat sangat bersemangat. Ya, Justin Timberlake adalah musisi favoritnya. Menurutnya Timberlake adalah musisi yang sangat berbakat. Ia sangat menyukai Timberlake, terutama saat mengingat masa lalu ketika Justin Timberlake masih tergabung bersama boyband Nsync. Ia berharap suatu saat nanti bisa bertemu dengan musisi favoritnya itu.

Lagi-lagi sahabatnya hanya menggeleng kepalanya. "Bukan... Bukan itu...."

"Lalu.....?"

"Dia adalah anak pemilik restaurant ini. Dia akan datang bersama sahabatnya dan mereka akan tinggal disini selama beberapa bulan kedepan"

Selena hanya terdiam. Wajahnya menunjukkan ekspresi kekecewaan. Menurutnya informasi yang disampaikan oleh sahabatnya itu sama sekali tidak menarik.

"Selena, apakah kau tidak tertarik dengan informasi yang barusan?"

Selena hanya menggeleng.

"Hey, sahabatku yang cantik! Kau tau tidak? Banyak yang bilang bahwa anak pemilik restaurant ini sangat tampan dan baik. Saat ini dia sedang kuliah di salah satu universitas di Amerika. Ah... Aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya"

Selena pun bangkit dari tempat duduknya. Ia segera menuju tas biru miliknya. Ia mengambil sebuah topi merah miliknya. "Itu kan baru katanya saja. Lebih baik kita bekerja dulu sebaik mungkin ya...!" Selena pun memakai topi merahnya itu. Ia pun berjalan menuju pintu coklat kayu itu.

 

 

-To Be Continued-





[FF] The Bad Boy - Prolog


Title : The Bad Boy

Author : Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Justin Bieber as Justin Bieber.
  2. Josh Hutcherson as Joshua Osbron.
  3. Austin Mahone as Dylan Rexford.
  4. Ariana Grande as Lily Madison.
  5. Bella Thorne as Vanessa Phyllis.
  6. AnnaSophia Robb as Daisy Wellington.
  7. Dakota Fanning as Lucy Clarimond.
Genre : Humor , Romance (maybe?) , Friendship , School Life

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Seluruh ide cerita dalam ff ini adalah murni karangan author. Seluruh cast milik tuhan, orang tua, Beliebers, fans, dan yang berhak saja :D

A/N : FF ini terinspirasi dari game yang aku suka. Nama game itu adalah Bullworth Academy. Jika ada kesamaan cerita dan nama tokoh harap dimaklumi! FF ini udah pernah aku publish di akun wattpadku. Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak! :)


Warning! Gaje, Typo, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.



Baca Juga => [FF Jin BTS] This Is Our Life






Justin Pov


Aku duduk sembari melihat-lihat pemandangan Kota New York dari dalam taxi yang ku tumpangi ini. Jujur saja ini adalah hari pertamaku berada di Kota New York. Dan kau tau aku di sini bukan untuk bersenang-senang. Karena ku pikir aku akan meneruskan hidupku bagaikan di dalam penjara.

"Ayah, apakah kau tidak ingin merubah keputusanmu untuk menaruhku di asrama dan se--" Belum selesai aku berbicara, ayah sudah memotong pembicaraanku.

"Justin, bukankah aku sudah memberikan kau kebebasan dalam memilih sekolah? Tapi ku pikir kau malah mensia-siakan semua itu. Kau bertingkah laku begitu buruk sampai-sampai kau membuat kesal para guru dan akhirnya kau dikeluarkan dari sekolah lamamu itu"

"Maafkan aku atas kejadian yang lalu. Tapi tolong ayah, aku tidak ingin tinggal di asrama" Ucapku memohon. Aku sadar memang semua itu adalah ulah nakalku yang sering membuat keributan disekolah lamaku dan aku dikeluarkan dari sekolah lamaku. Tapi apakah tidak ada kesempatan untukku memperbaikinya? Well... Memang penyesalan itu datang terlambat. "A-Apa tidak ada sekolah lain selain disana? M-Maksudku aku tidak ingin tinggal di asra-"

"Tidak Justin. Kurasa hanya sekolah itu yang mampu untuk merubah semua sikap burukmu itu"

"Huh... Whatever" 

Aku masih mengeluh kesal pada ayahku yang memaksaku untuk tinggal di asrama. Untuk menghilangkan kekesalanku pada ayah, akhirnya aku memutuskan untuk mengambil I-phoneku dari dalam tas milikku. Aku pun memainkan game angry bird di I-phoneku. Namun, belum lama aku memainkan I-phoneku itu, tiba-tiba saja taxi yang kutumpangi berhenti. Hmm... Ku pikir kami sudah tiba di tempat tujuan. 

"Kita sudah sampai, sir!!!" Ucap supir taxi itu.

"Terima kasih, pak!" Ayahku membuka pintu taxi dan memberikan uang tips untuk supir taxi itu. "Justin ayo kita turun!!!"

"Grr... Menyebalkan" Gerutuku.

"Apa kau bilang?"

"N-Nothing dad..." Ucapku tersenyum kecut.

Aku dan ayahku turun dari taxi. Aku melihat gerbang tinggi dan di atasnya terdapat papan besar bertuliskan Musical Academic. Apa? Musik? Apakah ini adalah sekolah musik? Oh tidak, aku tidak pandai bermain musik. Kalau tau begitu, lebih baik kemarin aku kabur saja dari rumah. Huh... Kami pun masuk kedalam dan berjalan menuju ruang kepala sekolah. Sepi... Sangat sepi... Ya itulah yang aku rasakan ketika kami mulai masuk ke dalam hingga kami telah tiba di depan ruang kepala sekolah.


TOK... TOK... TOK....



Ayahku mengetuk pintu itu, lalu masuk kedalam dan aku tentu membuntutinya. Kulihat di dalam sudah ada seorang pria tua sedang duduk santai dan seorang wanita sedang berdiri disana. Kami pun berjabat tangan dengan mereka. Mereka menyambut kedatangan kami dengan ramah dan mempersilahkan kami untuk duduk.

"Jadi apakah anda adalah Mr. Bieber?" Tanya pria tua itu.

"Ya. Dan ini adalah putraku Justin Drew Bieber. Aku berharap dengan dia tinggal dan bersekolah disini. Dia bisa menjadi anak remaja laki-laki yang baik"

"Oke Justin, kau akan diantar oleh Mrs. Stewart ke kamar asrama mu..."

"Ayo Justin. Ikut saya!!!"

"Uh... Okay!"





-To Be Continued-


-
-
-


>> Next Chapter <<


"Nah ini adalah kamarmu Justin"

"Uhh... Okay..."

-
-

"Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja!"

"Apa? Maaf katamu?"

-
-

"Err... A-Ada kebakaran..."

"APA KAU BILANG KEBAKARAN?"

-
-

"Umm... Kenalkan aku Daisy Wellington"

"Justin Drew Bieber"





Senin, 11 Agustus 2014

This Is Our Life (Chapter 1 : Back To School)


Title : This Is Our Life

Author : Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Jeon Yoora (OC).
  2. Bae Sunhee (OC).
  3. Jeon Jeongguk / Jungkook (BTS) as Jeon Jungkook.
  4. Kim Seokjin / Jin (BTS) as Kim Seokjin.
  5. Kim Taehyung / V (BTS) as Kim Taehyung.
  6. Min Yoongi / Suga (BTS) as Min Yoongi.
  7. Park Jimin / Jimin (BTS) as Park Jimin.
  8. Jung Hoseok / J-hope (BTS) as Jung Hoseok.
  9. Kim Namjoon / Rap Monster (BTS) as Kim Namjoon.
  10. Choi Junhong / Zelo (B.A.P) as Choi Junhong / Zelo.
Genre : Humor , Romance (maybe?), Friendship , School Life

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Seluruh ide cerita dan OC dalam ff ini adalah murni karangan author. Taehyung sama Suga oppa punya author (*plaak! *digetok A.R.M.Y). Seluruh cast punya allah, orang tua, agensi, A.R.M.Y, Baby, diri mereka sendiri dan yang berhak saja :D

A/N : Jika ada kesamaan cerita atau nama tokoh harap dimaklumi. Itu hanya sebuah kebetulan. Oke? Jangan lupa tinggalkan jejak ya! ^^


Warning! Gaje, Typo, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.









"Apa jadinya jika hampir setiap hari kau bertemu dengan orang yang menurutmu menjengkelkan? Bukankah hari itu akan menjadi sesuatu yang buruk? Bahkan mungkin waktu akan terasa berjalan dengan sangat lambat".


-
-

This Is Our Life

-
-


"Yasudah, lebih baik kau pergi ke kamarmu! Bersihkan dirimu dan beristirahatlah!" Ucap eommanya. Jungkook pun mengangguk pelan.

"Kau tidak lupa letak kamarmu kan?" Tanya Yoora dengan nada sedikit mengejek. Jungkook memutar bola matanya malas. "Aish~ Kenapa noona bilang seperti itu? Aku kan tidak pelupa. Lagipula setiap liburan aku kan selalu kemari, jadi mana mungkin aku lupa letak kamarku!" Ucap Jungkook dengan sedikit kesal.

Yoora hanya terkekeh mendengar perkataan dongsaengnya itu. Jungkook pun mulai berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua rumahnya.


-
-

This Is Our Life (Chapter 1 : Back To School)

-
-


Pukul 07.00 PM KST.



Di kediaman Jeon Family.



Yoora tengah berjalan menuju kamar dongsaengnya -Jungkook- yang berada di lantai dua rumahnya. Setibanya ia di depan pintu kamar Jungkook, ia langsung mengetuk pintu kamar itu dengan keras.


Tok... Tok... Tok...


"Jungkookie, cepatlah turun! Eomma dan appa sudah menunggu untuk makan malam..." Teriak Yoora. Namun, hening tak ada jawaban yang keluar dari dalam kamar Jungkook.

"Kookie, apakah kau mendengarku?" Yoora pun berteriak dengan lebih keras lagi. Namun sama seperti sebelumnya, masih tak ada jawaban yang keluar dari dalam kamar Jungkook.

Yoora pun mengetuk-ngetuk pintu bercat coklat itu lebih keras dari sebelumnya. "Yak! Jungkook-ah apa yang sedang kau lakukan didalam sana eoh? Cepatlah turun! Eomma dan appa sudah menunggu untuk makan malam"


Cklek...


Tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka secara perlahan. Lalu munculah sesosok namja tampan dari balik pintu itu. "Aish~ Noona ini kerjaannya selalu menggangguku saja!" Gerutu Jungkook sambil menggaruk rambutnya.

"Omo! Kookie, kenapa wajahmu terlihat sangat kusut seperti ini huh?" Tanya Yoora sambil terkekeh pelan.

"Aish! Noona ini tidak tau ya? Tadi aku sedang tidur pulas, tapi noona malah datang dengan berteriak seperti tadi. Itu sangat mengganggu pendengaranku!" Gumamnya kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

Yoora mengacak rambut hitam milik Jungkook dengan pelan. "Sudahlah! Kau ini tak usah banyak protes! Lebih baik kau pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, setelah itu langsung pergi ke ruang makan! Eomma dan appa sudah menunggu sejak tadi..." Ucap Yoora. Jungkook hanya mengangguk setuju. Yoora pun tersenyum lalu berjalan menuju ruang makan.

.
.
.

Beberapa menit kemudian...

.
.
.


Tap Tap Tap


Terdengar suara langkah kaki milik seseorang yang sedang menuruni anak tangga. Ya, itu adalah suara langkah kaki milik seorang namja tampan yang bernama Jungkook. Ia sedang berjalan menuju ruang makan. Raut wajahnya terlihat seperti orang yang sedang mengantuk. Tak jarang juga tangannya mengucek kedua matanya yang masih lengket karena mengantuk itu. "Annyeong..." Sapanya pada tiga orang yang sudah terlebih dulu ada di meja makan. Ia segera mengambil tempat duduk di sebelah noona-nya.

"Omo! Kenapa wajahmu kusut begitu?" Tanya Appa Jungkook.

"Yak! Kookie, kenapa kau belum mencuci muka eoh? Bukankah tadi aku sudah menyuruhmu untuk mencuci muka dulu huh?"

"Aku malas noona, lagi pula setelah selesai makan aku akan langsung pergi ke kamarku lagi" Ucapnya.

"Hey kalian berdua! Tidak baik jika kalian terus berbicara di meja makan!" Ucap Eomma dari kedua bersaudara itu. Mereka pun langsung memulai makan malamnya.

Acara makan malam kali ini berjalan dengan sangat hening. Hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu dengan piring.

"Sudah selesai..." Ucap Jungkook setelah selesai menghabiskan makan malamnya. "Eomma, appa, aku mau kembali ke kamarku dulu ne?"

"Kenapa kau hanya bertanya pada eomma dan appa? Kau tidak bertanya padaku juga huh?" Gerutu Yoora. Sepertinya ia merasa keberadaannya tak dianggap.

"Noona yang cantik, aku mau kembali ke kamar dulu ne? Noona mau ikut atau tidak?" Tanya Jungkook dengan nada manja yang dibuat-buat. Membuat Yoora bergidik mendengarnya.

Yoora memutar bola matanya malas. "Berhenti mengucapkan sesuatu dengan nada seperti itu, Jungkook-ah! Itu sangat menjijikan..."

"Aish~ Noona ini menyebalkan sekali"

"Sudah, sudah! Jangan mulai lagi!"

"Ne, appa..." Ucap Yoora dan Jungkook bersamaan. Appa mereka hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku kedua anaknya itu.

"Lebih baik kalian berdua cepat tidur! Besok adalah hari pertama kalian berdua masuk sekolah!" Ucap Eomma-nya. Yoora dan Jungkook pun mengangguk. Mereka berdua pun segera menuju ke kamar masing-masing.

-
-
-

-SKIP-

-
-
-

Sinar matahari pagi menyelinap masuk ke dalam kamar itu, cahanyanya menerpa ke wajah sang pemilik kamar yang tengah terlelap dalam mimpinya itu. "Hoaamm..." Ia menguap sambil membuka kedua matanya perlahan. Lalu mengerjapkan kedua matanya berkali-kali, hingga ia terbiasa dengan keadaan disekitarnya.

Kini tangan kanannya meraba-raba meja yang berada di sebelah tempat tidurnya itu. Ia mencari keberadaan ponsel miliknya. "Mwo? Jam 6 lebih? Oh tidak! Yoora noona bisa mengomel lagi jika dia tau aku bangun kesiangan..." Ucap Jungkook -sang pemilik kamar- setelah melihat jam yang ada di ponsel miliknya itu. Ia pun bergegas menuju kamar mandi di kamarnya.

.
.

Mari kita beralih ke tempat yang lain! Atau lebih tepatnya kita lihat keadaan di kamar Jeon Yoora.

.
.

"Rambut sudah rapi, seragam, kaos kaki dan almamater juga sudah kupakai, buku dan alat tulis sudah ada di dalam tas. Nah, sekarang tinggal sarapan..." Ucap Yoora pada cermin yang memantulkan dirinya sendiri. Ia pun berjalan keluar kamar.

Ya, benar. Yoora sudah siap untuk berangkat ke sekolah, berbanding terbalik dengan adiknya yang baru bangun tidur dengan alasan 'Kesiangan' itu. Memang kedua bersaudara itu memiliki sifat yang sangat berbeda namun bisa saling melengkapi. Yoora yang dikenal sebagai gadis cerewet, rajin, namun kadang sifat kekanakannya muncul disaat yang tak terduga. Berbeda sekali dengan adiknya -Jungkook- yang memiliki sifat manja, namun di lain waktu bisa lebih dewasa dari Yoora, sekaligus... err... pemalas tentunya.

"Kookie, cepatlah turun! Kita harus segera berangkat, kalau tidak nanti kita bisa telat sampai di sekolah!!! Aku menunggumu di ruang makan..." Ucapnya saat melewati kamar Jungkook.

"Ne, sebentar lagi aku akan turun..." Samar-samar terdengar suara sahutan Jungkook dari dalam kamarnya. Yoora pun mengangguk tersenyum lalu pergi ke ruang makan.

.
.
.
.
.

"Ya! Jungkook-ah, kau ini kenapa lama sekali sih? Kau tidak tau ya ini jam berapa? Dan lagi, kau kemana kan jas almamatermu itu huh?" Tanya Yoora dengan sejuta pertanyaannya. "Huuhh~ Yoora noona mulai lagi deh. Padahal aku baru tiba di ruang makan..." Ucap Jungkook dalam batinnya.

"Noona, apa noona tidak melihat ini?" Tanya Jungkook sambil menunjuk almamater yang bertengger di bahu kanannya.

"Ah! Maksudku, kenapa almamater itu tidak kau kenakan huh? Kenapa almamater itu hanya kau letakan dibahumu saja? Kau ini kan anak baru, jadi seharusnya kau bisa mematuhi tata ter--" Belum selesai Yoora mengoceh, Jungkook sudah menyelanya.

"Noona, kalau kau cerewet terus seperti itu padaku, kapan kita akan berangkat ke sekolah? Dan sebenarnya tadi itu aku bangun kesiangan. Noona, ini sudah pukul 6 lewat 20 menit. Bukankah dengan noona cerewet seperti itu akan membuang banyak waktu dan membuat kita tambah kesiangan huh?"

"Aish~ Kau ini benar-benar! Dasar dongsaeng kurang ajar! Sekarang kau berani menceramahiku huh?" Ucap Yoora sambil menjewer telinga kiri Jungkook.

"Appo! Appo noona, appoooo! Aduh... Eomma, appa... Lihatlah anakmu yang tampan ini sedang disiksa oleh noonanya yang jahat. Hiks... Hiks..." Rengek Jungkook sambil memegangi tangan Yoora yang tengah menjewernya itu. Tentu saja rengekannya itu percuma, karena kedua orang tuanya masih berada di dalam kamar mereka yang letaknya agak jauh dari ruang makan.

"Ya! Kau bilang apa Jungkook? Noona jahat huh?" Kali ini jewerannya semakin keras.

"Appo, appo! Tidak, noona salah dengar kok! Tadi aku bilang noona itu cantik sekali. Aduh, noona lepaskan! Telingaku sakit tau..."

Akhirnya Yoora melepaskan jewerannya itu. Membuat Jungkook sedikit lega. "Itu akibatnya jika kau menceramahiku! Jadi jangan sekali-kali kau menceramahiku, oke?" Ucap Yoora sambil tersenyum evil. Jungkook hanya mendengus kesal.

"Cih! Peraturan macam apa itu? Dasar noona menyebalkan..." Pikir Jungkook. 

"Kalian berdua belum berangkat?" Tanya appa mereka yang baru saja muncul di ruang makan.

"Eh, appa? Ini kami baru saja mau berangkat. Kaja, Jungkook!"

"Appa, eomma, kami berangkat dulu ne..." Ucap Jungkook.

Mereka berdua pun berjalan menuju halte bus yang letaknya tidak jauh dari rumah mereka.

-
-

-SKIP-

-
-

Kini bus yang ditumpangi oleh Yoora dan Jungkook telah tiba di halte bus yang terletak di dekat gerbang sekolah mereka. Mereka berdua pun segera berjalan menuju gerbang sekolah yang masih terbuka dengan sangat lebar itu.

BTS HIGH SCHOOL. Ya, tulisan besar yang berada di dekat gerbang sekolah itu lah yang pertama kali Jungkook lihat, ketika memasuki gerbang sekolahnya.

"Yoora-ya!!!" Seseorang berteriak memanggil Yoora dari belakang. Yoora yang merasa terpanggil pun segera menoleh ke sumber suara.

"Sunhee, kau juga baru datang eoh?"

Sunhee menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, aku sudah datang beberapa menit yang lalu. Hanya saja aku bosan dikelas, jadi ya aku jalan-jalan saja"

"Lalu dimana kelasmu?"

"Ah, tadi aku sudah melihat data pembagian kelas pada mading yang berada di lobby dan kau tau? Kita berdua sekelas lagi..."

"Mwo? Benarkah itu?" Tanya Yoora dengan mata yang berbinar-binar. "Ne, kita sekelas lagi..." Sunhee mengangguk cepat.

"Wow... Akhirnya!!!" Jerit Yoora histeris sambil memeluk Sunhee erat. Keduanya saling berpelukan dengan raut wajah bahagia, sedangkan Jungkook yang melihat adegan itu hanya mampu menggelengkan kepalanya.

"Hmm... Noonaku yang cantik, sepertinya aku akan mencari kelasku sendiri saja" Ucap Jungkook.

"Eh? Apa kau tak apa?" Tanya Sunhee. Jungkook menggelengkan kepalanya sembari tersenyum manis.

"Kau yakin mau mencarinya sendiri? Kau tak mau aku temani?" Kali ini Yoora yang bertanya.

Jungkook mengangguk. "Noona, aku ini sudah besar. Jadi aku bisa mencari kelasku sendiri"

"Oh, yasudah kalau begitu..."

"Noona, sunbae, aku permisi dulu ne! Aku mau mencari kelasku dulu..." Ucap Jungkook sambil membungkukan badannya, lalu ia berjalan menjauh meninggalkan Yoora dan Sunhee.

"Yoora-ya, apakah itu adikmu Jungkook yang sering kau ceritakan?"

"Ne, dia memang Kookie yang sering kuceritakan. Bagaimana menurutmu, dia sangat manis bukan?"

"Ne..." Sunhee mengangguk. "Dia sangat manis dan juga tampan"

"Tapi kau tidak menyukainya kan?"

"Ah, tentu saja tidak! Mana mungkin aku menyukai anak kecil seperti adikmu, Yoora-ya!" Ucap Sunhee sambil terkekeh.

.
.

Jungkook baru saja selesai melihat data pembagian kelas di lobby sekolahnya. Ia pun mulai berjalan menelusuri lorong sekolah yang cukup ramai itu. Namun, langkah kakinya terhenti, ketika seorang namja berambut hitam menepuk pelan bahunya dari belakang. "Jeon Jungkook, kau kah itu?"

Jungkook pun menoleh ke belakang. "Eh? Kau?" Ucap Jungkook sambil melepaskan headset berwarna putih yang sedari tadi menempel di kedua telinganya. "Jimin-ah, kenapa kau bisa ada disini? Apakah kau bersekolah disini juga?"

"Tentu saja, pabo! Memangnya kau pikir untuk apa aku berada disini huh?" Balas namja bernama Jimin itu. "Hey, Jungkook! Kupikir kau hanya bercanda, saat kau bilang akan kembali ke Seoul"

"Huh, memangnya waktu itu wajahku terlihat sedang bercanda eoh?" Ucap Jungkook sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ah, tidak, tidak..."

"Jimin-ah, sebenarnya aku tak menyangka jika kita bisa satu sekolah lagi" Ucap Jungkook.

Park Jimin adalah nama lengkap namja itu. Namja yang sedang bersama Jungkook. Usianya masih 16 tahun. Memiliki kulit putih dan rambut hitam. Tinggi badannya sedikit lebih pendek dari Jungkook. Ia dan Jungkook sudah berteman sejak mereka masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

"Huh, aku juga tidak tahu kenapa aku bisa masuk ke sekolah ini"

"Ah? Apa maksudmu?" Tanya Jungkook heran. Namun Jimin hanya menggelengkan kepalanya. "Oh ya, kau masuk kelas mana?" Tanya Jungkook lagi.

"10-2. Kalau kau?"

"Benarkah itu? Aku juga masuk kelas 10-2"

"Wah, berarti kita sekelas lagi ne?"

Jungkook mengangguk sambil tersenyum. Jungkook merasa sangat senang? Itu sudah pasti. "Kalau begitu aku duduk bersamamu saja ne?"

"Umm... Kalau itu..."

"Wae?" Tanya Jungkook heran.

"Mianhae Jungkook! Tapi sepertinya tidak bisa. Aku sudah punya teman sebangku" Ucap Jimin. Ia berharap Jungkook tidak kecewa padanya.

"Oh, tak apa kalau begitu..."

"Jimin-ah, kucari-cari ternyata kau ada disini eoh? Seenaknya saja kau meninggalkanku di lobby" Ucap namja berambut orange yang datang tiba-tiba.

"Ah, mianhae! Aku bertemu sahabatku yang baru saja kembali dari New York" Ucap Jimin sambil terkekeh pelan. "Oh iya, Jungkook-ah, ini dia teman sebangkuku. Namanya Taehyung"

"Kim Taehyung imnida" Ucap Taehyung sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Jeon Jungkook imnida" Sahut Jungkook.

"Oh, ya... Kau tidak marah kan kalau aku duduk bersama sahabatmu yang menyebalkan ini?" Tanya Taehyung sambil melirik Jungkook. Jungkook pun mengangguk sambil terkekeh.

Jimin menatap Taehyung dengan tatapan tajam. Taehyung yang sudah merasakan hawa berbahaya dari Jimin pun langsung berlari sambil menarik lengan Jungkook. Mereka berdua berlari menuju kelasnya dan tentunya meninggalkan Park Jimin sendirian.

"Yak! Taehyung-ah, apa maksudmu berkata seperti itu?" Teriak Jimin. Ia pun mengejar dua orang yang sudah pergi berlari lebih dulu.

.
.
.

Setelah berlari dari lantai dasar hingga lantai 4 gedung sekolahnya. Kini kedua namja itu mengatur napasnya. "Huh, melelahkan sekali..." Ucap Taehyung sambil mengelap keringat yang bercucuran di dahinya.

"Ayo kita harus segera mencari kelasnya!" Ajak Jungkook. Mereka pun mulai menelusuri ruang kelas yang berada di lantai 4 itu.

Langkah kaki keduanya terhenti, ketika mereka tiba tepat di depan pintu biru yang diatasnya terdapat tulisan 10-2 Classroom. "Nah, ini dia ruang kelas 10-2" Ucap Taehyung.

Mereka berdua masuk ke dalam kelas itu. Matanya menjelajah setiap sudut ruangan itu. Mencari tempat kosong yang dapat digunakan sebagai tempat duduk mereka selama setahun ke depan.

"Ah... Disana! Dekat jendela itu..." Tunjuk Taehyung pada tempat kosong di pojokkan ruangan. Mereka pun berjalan ke arah tempat duduk itu.

"Aku dan Jimin disini saja..." Ucap Taehyung sambil menduduki kursi kosong itu. Sedangkan Jungkook menempati kursi kosong yang berada di pojok kiri ruangan atau lebih tepatnya di belakang bangku milik Taehyung. (Ngerti maksudnya?)

"Kalian berdua jahat sekali meninggalkan aku sendiri..." Ucap Jimin yang tiba-tiba datang. Ia langsung menempati kursi kosong disebelah Taehyung.

"Mianhae..." Ucap Jungkook dan Taehyung bersamaan.

Di saat mereka bertiga sedang asik berbincang. Tiba-tiba saja ada seorang namja berambut blonde datang sambil membawa skateboard. "Annyeong! Apakah ini kursi kosong?" Tanyanya pada Jungkook. Ya, tentu saja karena memang kursi di sebelah Jungkook masih kosong.

"Ah... Tentu saja. Kalau kau mau, kau boleh menempatinya" Sahut Jungkook sambil tersenyum ramah.

"Gomawo! Siapa namamu?"

"Jeon Jungkook imnida, kalau kau siapa?"

"Choi Junhong imnida, kau boleh memanggilku Zelo" Ucap namja itu.

.
.
.

Yoora dan Sunhee baru saja tiba di depan pintu kelas barunya yang berada di lantai 2 gedung sekolahnya. Mereka pun berjalan memasuki ruangan yang cukup ramai itu. "Kita sekelas lagi dengan teman-teman kelas sepuluh..." Ucap Sunhee ketika sampai di tempat duduknya, barisan no 4 dari pojok kiri belakang.

"Mwo? Itu tandanya kita akan sekelas lagi dengan Kim Seokjin si namja menyebalkan itu?" Yoora terbelalak dengan ucapan Sunhee. 

"Sepertinya sih begitu..." Sunhee mengangguk sambil terkekeh pelan.

"Siapa yang kau bilang menyebalkan huh?" Tiba-tiba saja terdengar suara berat dari arah belakang mereka berdua. Mereka pun langsung menoleh ke sumber suara. Namja pemilik suara berat itu pun menutup manga (komik jepang) yang dibacanya sejak tadi.

"Ah? Seokjin-ah?" Ucap Sunhee sedikit gugup sekaligus terkejut.

Yoora hanya menatap datar ke arah Seokjin, namja pemilik suara berat tadi. Sepertinya ia sama sekali tidak tertarik untuk bertemu dengan namja dihadapannya itu. "Oh, ayolah! Bahkan bel masuk saja belum berbunyi, tapi kenapa aku harus bertemu dengan dia secepat ini huh?" Gumam Yoora dalam batinnya.

"Seokjin-ah temani aku ke kantin!" Ucap seorang namja lainnya yang baru datang itu.

Seokjin menoleh ke arah namja yang memanggilnya. Ia hanya menatap datar namja itu. "Ah, aku tidak mau..."

"Kau ini pelit sekali.. Temani aku sebentar saja!" Pintanya atau lebih tepatnya memaksa.

"Aku tidak mau, Jung Hoseok! Kau minta ditemani dengan Yoongi saja!"

"Yoongi belum datang, ayolah temani aku!" Ucap Jung Hoseok, nama namja tadi. Kali ini ia berbicara dengan nada memelas.

"Oh, iya. Aku lupa kalau teman sebangku ku belum datang" Ucap Seokjin sambil terkekeh pelan. "Hmm... Kalau begitu minta teman sebangku mu saja!" Sahutnya lagi sambil melanjutkan aktivitas membacanya yang sempat terhenti karena percakapan dua yeoja tadi.

"Namjoon juga belum datang"

"Yasudah, kalau begitu pergi sendiri saja sana!" Pinta Seokjin.

"Kalian berdua berisik sekali sih! Kalau mau ribut di tempat duduk kalian saja sana! Jangan disini...!" Ucap Yoora kesal.

"Apa maksudmu Yoora-ya? Ini kan tempat duduk Seokjin dan yang dibelakangnya adalah tempat dudukku bersama Namjoon" Ucap Hoseok sambil menunjuk tempat duduknya.

"Mwo? Apa katamu?"

"Ini tempat duduk kami berdua. Oh tidak! Lebih tepatnya ini adalah tempat dudukku dan Yoongi" Sahut Seokjin tanpa menatap Yoora.

"Jadi itu tempat duduk kalian?" Yoora membulatkan kedua bola matanya. Ia melirik kearah Sunhee yang juga terkejut.

"Aku sama sekali tidak tahu, kalau mereka berdua duduk di belakang kita" Ucap Sunhee sambil menggaruk rambutnya itu.

"BAE SUNHEE!!!" Teriak Yoora.





-To Be Continued-



-
-
-



>> Next Chapter <<


"Jangan berteriak seperti itu!"

"Memangnya apa masalahmu eoh?"

-
-

"Saya adalah wali kelas kalian"

"Apa benar dia wali kelas kita? Kenapa wajahnya imut sekali?"





Minggu, 13 Juli 2014

This Is Our Life (Prolog)


Title : This Is Our Life

Author : Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Jeon Yoora (OC).
  2. Bae Sunhee (OC).
  3. Jeon Jeongguk / Jungkook (BTS) as Jeon Jungkook.
  4. Kim Seokjin / Jin (BTS) as Kim Seokjin.
  5. Kim Taehyung / V (BTS) as Kim Taehyung.
  6. Min Yoongi / Suga (BTS) as Min Yoongi.
  7. Park Jimin / Jimin (BTS) as Park Jimin.
  8. Jung Hoseok / J-hope (BTS) as Jung Hoseok.
  9. Kim Namjoon / Rap Monster (BTS) as Kim Namjoon.
  10. Choi Junhong / Zelo (B.A.P) as Choi Junhong / Zelo.

Genre : Humor, Romance (maybe?), Friendship, School Life

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Ide cerita dan OC dalam fanfiction ini adalah murni karangan author. V sama Suga oppa juga punya author (*plaak. Abaikan permirsa!). Seluruh cast punya allah, orang tua, agensi, A.R.M.Y, Baby dan yang berhak saja.


Warning! Typo, Gaje, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.



Baca juga FF EXO (Kim Jongin aka Kai) => Destiny.






"Apa jadinya jika hampir setiap hari kau bertemu dengan orang yang menurutmu menjengkelkan? Bukankah hari itu akan menjadi sesuatu yang buruk? Bahkan mungkin waktu akan terasa berjalan dengan sangat lambat"


-
-

This Is Our Life

-
-


Author Pov


Di sebuah cafe yang terbilang cukup ramai itu, terdapat dua orang yeoja yang tengah duduk santai sembari berbincang-bincang. Keduanya menempati meja yang terletak di dekat kaca bening, membuat siapapun yang duduk disana dapat melihat suasana di luar cafe.

"Jadi setelah ini kau langsung pergi ke bandara?" Tanya yeoja yang memilki nama lengkap Bae Sunhee itu kepada sahabatnya yang sedang membalas pesan singkat dari seseorang.

Yeoja berambut hitam panjang itu mengangguk pelan. "Ne, dia sudah memintaku untuk menjemputnya sekarang" Ucap yeoja itu sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Jeon Yoora, nama yeoja yang tadi membalas pesan singkat kepada seseorang itu.

Jeon Yoora adalah seorang gadis berusia 17 tahun. Ia memiliki rambut panjang berwarna hitam dan sepasang bola mata yang indah berwarna coklat tua. Yoora merupakan seorang siswi kelas tiga dari salah satu sekolah menengah atas yang berada di Seoul.

"Kalau begitu pergilah sekarang! Jangan membuatnya menunggu terlalu lama!"

"Tapi bagaimana denganmu, Sunhee-ya?" Tanya Yoora setelah berhasil menghabiskan segelas minuman yang ada dihadapannya itu.

Sunhee tersenyum manis kepada sahabatnya itu. "Jangan khawatir! Aku bisa pulang sendiri naik taksi, jadi kau pergi saja sekarang! Dia pasti sudah menunggumu!"

Jeon Yoora dan Bae Sunhee, mereka adalah sepasang sahabat yang bersekolah ditempat yang sama, bahkan dua tahun terakhir ini mereka selalu saja sekelas. Mereka berdua telah menjalin hubungan persahabatan itu sejak mereka berdua masih duduk dibangku kelas satu Senior High School.

"Apa benar tidak apa-apa?" Tanya Yoora.

"Aku tak apa-apa, pergilah sekarang!"

"Baiklah, kalau kau memaksaku aku akan pergi sekarang! Mianhae, karena aku tak bisa mengantarmu pulang ke rumah!" Ucap Yoora. Jujur saja, sebenarnya ia merasa tidak enak pada sahabatnya itu. Ia sudah meminta sahabatnya itu untuk menemaninya ke cafe siang ini dan sekarang ia harus meninggalkannya sendirian lalu membiarkan Sunhee pulang naik taksi. "Oh, tega sekali kau Jeon Yoora!" Gumamnya dalam hati. Yoora pun bangkit dari posisi duduknya.

"Yoora, hati-hati di jalan, ne!"

Yoora mengangguk. "Kau juga hati-hati! Baiklah aku pergi dulu. Sampai bertemu besok di sekolah!" Yoora pun mulai melangkahkan kedua kakinya menuju mobilnya yang terparkir di depan cafe. Setelah itu ia mengendarai mobilnya menuju bandara.

-
-
-

--SKIP--

-
-
-

Saat ini jalanan di Kota Seoul terbilang cukup sepi.  Hal ini tentu membuat Yoora tak perlu berlama-lama untuk tiba di bandara tujuannya. Sesampainya di bandara, Yoora mengambil ponsel yang berada disaku jaketnya. Ia berniat untuk menghubungi seseorang yang telah menunggunya di bandara itu. Namun niatnya itu diurungkan ketika seseorang berteriak memanggil namanya.

"Yoora noona...!" Teriak seorang namja tampan dari kejauhan. Ia melambaikan tangan kanannya kearah Yoora. Yoora pun berjalan mendekati namja itu sambil tersenyum.

"Noona, aku rindu sekali padamu..." Ucap namja itu sambil memeluk tubuh mungil Yoora.

"Aku juga merindukanmu, Kookie!" Ucap Yoora pada namja tampan itu.

Namja tampan itu bernama lengkap Jeon Jungkook. Ia adalah adik kandung dari Jeon Yoora. Jungkook telah kembali ke Seoul karena ia telah menyelesaikan sekolah menengah pertamanya di New York. Usianya baru 15 tahun, terpaut 2 tahun lebih muda dari Yoora, noona-nya.

"Ayo kita pulang!" Ajak Yoora. Ia mulai berjalan menuju mobilnya. Jungkook hanya mengangguk dan mengikuti Yoora dari belakang. Langkah kaki keduanya terhenti tepat didepan pintu mobil yang dibawa oleh Yoora.

Yoora pun masuk ke dalam mobil mendahului Jungkook. "Apakah kau sudah siap?" Tanya Yoora setelah Jungkook masuk ke dalam mobil.

"Ne, aku sudah siap. Kajja!" Jungkook menganggukan kepalanya. Mobil itu pun mulai melaju dengan kecepatan sedang. Mereka berdua sedang menuju rumahnya.

-
-
-

--SKIP--

-
-
-

Setelah satu jam melakukan perjalanan dari bandara, kini Yoora dan Jungkook telah tiba dirumahnya. Keduanya berjalan menuju ke dalam rumahnya. "Eomma, appa, kami sudah pulang..." Teriak Jungkook setelah berhasil membuka pintu rumahnya.

Tak lama setelah itu, eomma dan appa dari kedua kakak-beradik itu muncul dari arah ruang tengah. Mereka pun menghampiri anaknya yang masih berdiri di ambang pintu.

"Jungkook, akhirnya kau sampai jumpa" Ucap wanita paruh baya itu sambil memeluk putra bungsunya. Ekspresi kebahagiaan tampak tersirat diwajahnya. Sepertinya ia sangat bahagia melihat sosok yang ada dihadapannya itu.

"Aku rindu sekali pada eomma" Ucap Jungkook dengan nada yang sedikit manja.

"Jungkook, apa kau melupakan aku?" Ucap pria paruh baya itu.

"Tentu tidak appa! Aku ingat padamu, bahkan aku sangat merindukanmu..." Ucap Jungkook sambil melepaskan eommanya. Ia tersenyum pada appanya.

"Jadi bagaimana?" Tanya appanya.

"Eh? Apanya yang bagaimana?" Tanya Jungkook heran. Sungguh, ia tak mengerti maksud dari pertanyaan appanya itu.

"Bagaimana perasaanmu setelah meninggalkan asramamu di New York?"

"Itu... Sungguh berat sekali rasanya meninggalkan asrama yang sudah menjadi tempat tinggalku di New York selama tiga tahun terakhir ini. Tapi disisi lain aku merasa sangat bahagia karena aku akan berkumpul lagi bersama keluargaku di Korea" Ucap Jungkook sambil tersenyum. Manis sekali senyuman namja itu.

"Lalu apakah kau sudah melihat sekolah barumu?"

"Sepertinya aku belum melihatnya, appa!"

"Eum, tadi kami tidak melewati gedung sekolah. Kami melewati jalan yang lain. Kkk~" Ucap Yoora sambil terkekeh pelan.

"Oh, pantas saja kau tidak tahu. Kau bisa berangkat sekolah bersama kakakmu besok pagi!" Ucap appanya.

"Yasudah, lebih baik kau pergi ke kamarmu! Bersihkan dirimu dan beristirahatlah!" Ucap eommanya. Jungkook pun mengangguk pelan.

"Kau tidak lupa letak kamarmu kan?" Tanya Yoora dengan nada sedikit mengejek. Jungkook memutar bola matanya malas. "Aish~ Kenapa noona bilang seperti itu? Aku kan tidak pelupa. Lagipula setiap liburan aku kan selalu kemari, jadi mana mungkin aku lupa letak kamarku!" Ucap Jungkook dengan sedikit kesal.

Yoora hanya terkekeh mendengar perkataan dongsaengnya itu. Jungkook pun mulai berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua rumahnya.




-To Be Continued-



-
-
-



>> Next Chapter <<


"Jeon Jungkook, kau kah itu?"

"Eh? Kau?"

-
-

"Gomawo! Siapa namamu?"

"Jeon Jungkook imnida, kalau kau siapa?"

-
-

"Kita sekelas lagi dengan teman-teman kelas sepuluh..."

"Mwo? Itu tandanya kita akan sekelas lagi dengan . . . "





 

Statistik

Statistik

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Berlangganan Melalui

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner