Tampilkan postingan dengan label Byun Baekhyun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Byun Baekhyun. Tampilkan semua postingan

Minggu, 22 Maret 2015

[FF] I'M SORRY : Chapter 2 - I Hate You


Title : I'm Sorry

Author : Park Myung Hee / Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Luhan as Oh Luhan.
  2. Oh Sehun (EXO) as Oh Sehun.
  3. Kim Jong In (EXO) as Kim Jong In.
  4. Byun Baekhyun (EXO) as Byun Baekhyun.
Genre : Brothership, Sad, Family

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Ide cerita milik saya, Luhan juga milik saya *plak. Seluruh cast punya allah, orang tua, agensi, EXO-L.

WARNING!!! Cerita gaje, typo bertebaran, mungkin OOC dan penulisan tidak menggunakan EYD.

.
.
.
.
.

Setelah beberapa menit Luhan berjalan kaki. Ia pun tiba di halaman rumahnya. Ia berjalan menuju pintu depan rumahnya. Tangan kanannya meraih kenop pintu itu, lalu membukanya. “Sehunie, aku pulang!” Ucapnya sambil tersenyum. Ia berharap Sehunnya itu akan membalas ucapannya. Ia berharap Sehunnya itu akan datang padanya lalu memeluknya. Namun, senyuman manisnya itu perlahan memudar begitu saja. Apakah kalian tahu? Ia sangat merindukan Sehun. Ya, Luhan sangat merindukan Sehun –adiknya-. Luhan pun menutup dan mengunci pintu rumahnya. Lalu berjalan menuju kamar miliknya.

.
.
.
.
.

I'M SORRY : CHAPTER 2 - I Hate You

.
.
.
.
.

Di sebuah kamar tidur. Terlihatlah dua sosok namja dengan keadaan yang jauh berbeda. Namja pertama terlihat sudah sangat rapi dan juga tampan. Sedangkan namja kedua, ia masih terlelap di balik selimut hangat miliknya.

“Kai-ya, cepat bangun!” Ucap Sehun –namja pertama- sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Kai dengan rapat. Namun, Kai tidak menghiraukan sahabatnya itu. Ia justru memeluk bantal guling miliknya semakin erat.

Sehun tak menyerah begitu saja. Ia pun merebut bantal guling yang tengah dipeluk oleh Kai. Lalu memukulnya keras ke tubuh sang pemilik yang masih terlelap itu. “Kai, ayo bangun!!!”

Kai pun mulai terusik oleh kelakuan Sehun. Ia mulai membuka kedua matanya perlahan. “Apa yang kau lakukan, Oh Sehun?! Kau ini mengganggu tidurku saja!” Ucapnya kesal sambil menggaruk surai hitam miliknya.

“Cepat bangun, bodoh! Lihatlah, ini sudah jam berapa!”

“Huh? Memangnya sekarang jam berapa?” Tanya Kai yang masih setengah sadar.

“Jam setengah delapan”

“Masih setengah delapan? Kita kan masuk jam sembilan. Kau ini... Sudah sana! Aku ingin tidur lagi” Ucap Kai lalu kembali memejamkan kedua matanya.

Sehun hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan namja dihadapannya itu. Ia terdiam sejenak, lalu...

“APA KAU BILANG? MASUK JAM SEMBILAN? KAU PIKIR INI HARI APA?” Teriak Sehun kesal.

Kai membuka kedua matanya perlahan. Sedangkan tangannya menutup rapat kedua pendengarannya. “Aish—Kau ini, kenapa hobi sekali mengganggu tidurku huh?” Ucap Kai kesal. “Ini kan hari Jum’at—“

“Apa? Jum’at katamu?” Sehun menatap tajam ke arah Kai yang masih terduduk di tepi kasurnya.

Kai mengangguk pelan. “Ne, ini hari Jum’at. Memangnya kenapa?”

“Apa kau yakin? Bagaimana kalau kubilang ini bukan hari Jum’at?” Tanya Sehun sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Tapi—“

“Ini hari Kamis, bodoh! Kelas pertama kita dimulai pukul delapan pagi”

“Hari Kam—MWO? Kamis katamu?” Ucap Kai dengan kedua bola matanya yang membulat sempurna.

Sehun mengangguk. “Ne, cepat mandi atau kau mau kita telat lagi seperti hari sebelumnya?”

.
.
.

Luhan sedang merapikan tas hitam miliknya. Ia tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kampusnya. Biasanya ia mempersiapkan semuanya sepulang bekerja. Namun, kali ini ia hanya bisa merutuki dirinya sendiri karena tak mempersiapkannya sejak tadi malam. Ia terlalu sibuk mengkhawatirkan adiknya dan harus tertidur hingga larut malam karena ulah dua adiknya yang tak pulang ke rumahnya. Ya, dua adik manisnya. Terutama, Oh Sehun.


Tok... Tok... Tok...


Luhan menghentikan aktivitasnya, ketika ia mendengar suara ketukan pintu rumahnya. Ia tahu itu pasti adiknya. Entah adiknya yang mana. Tapi kali ini, ia berharap bahwa itu adalah Oh Sehun, adiknya yang sudah lama tak menginjakan kaki di rumah itu. Ia pun segera berjalan menuju pintu depan rumahnya.


Cklek...


“Se—“ Ucapannya terhenti ketika melihat namja yang datang dihadapannya. Bukan, bukan Sehun yang diharapkannya, melainkan adik manisnya yang lain. Ia pun tersenyum manis pada namja itu.

“Hyung, kau baik-baik saja?” Tanya namja itu dengan khawatir.

“Aku baik-baik saja” Luhan mengangguk lalu tersenyum.

“Uhm—Apakah Sehun belum kembali?”

Namun bukan jawaban yang didapat, melainkan pertanyaan lain yang Luhan lontarkan pada namja imut itu. “Baekhyun-ah, kenapa semalam kau tak pulang?” Tanyanya khawatir.

Byun Baekhyun. Namja imut itu adalah adik sepupu Luhan. Usianya hanya terpaut dua tahun lebih muda dari Luhan dan dua tahun lebih tua dari Sehun. Kalian tahu? Sudah beberapa minggu Baekhyun tinggal di rumah Luhan dan Sehun. Tidak, bukan karena Baekhyun kehilangan rumahnya. Orang tua Baekhyun sebenarnya memiliki rumah dan Baekhyun juga memiliki dua orang adik laki-laki. Namun, ia tak tinggal bersama mereka. Kenapa? Alasannya hanya satu. Ia ingin menemani Luhan dan Sehun.

“Jadi hyung khawatir padaku?” Godanya.

Luhan memberi Baekhyun sebuah death glare. “Tentu saja aku khawatir. Bahkan kau tak memberiku kabar. Kau tahu? Aku menunggumu semalaman” Ucapnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Baekhyun menggaruk leher belakangnya. “Uhm—Maaf hyung, aku harus mengerjakan tugas kelompokku hingga larut malam. Jadi aku menginap di rumah Chanyeol”

“Kau tahu? Kupikir kau kembali ke rumahmu tanpa sepengetahuanku atau mungkin kabur—“

“Hyung—“

Luhan menatap Baekhyun dalam-dalam. Menantikan ucapan yang akan dilontarkan selanjutnya.

“Hyung, aku tak akan melakukan hal yang sama seperti yang Sehun lakukan. Hyung tenang saja!” Ucap Baekhyun sambil menepuk pundak Luhan pelan.

“Hyunie, aku rindu pada Sehun”

“Aku tahu kau rindu padanya. Hyung tenang saja. Jika aku bertemu dengannya aku akan menghabisinya”

“Baekhyun—“

“Eh, ma—maksudku aku akan membawanya kembali ke rumah ini”

“Ah—Sudahlah. Sekarang masuklah, kau pasti lelah” Ucap Luhan. Baekhyun mengangguk dan mengikuti Luhan yang masuk ke dalam rumahnya terlebih dahulu. “Di dapur tak ada makanan. Kau mau kubuatkan apa?”

“Um—Tidak usah hyung”

Luhan menghentikan langkah kakinya. Ia membalik badan dan menatap Baekhyun yang berada dibelakangnya. “Cepat katakan saja”

“Tidak hyung, nanti kau bisa telat”

“Apa?”

“Nanti kau bisa telat ke kampus”

“Dari mana kau tahu kalau aku mau ke kampus?”

“Tentu saja aku tahu. Hyung, bahkan kau sudah rapi dan sangat wangi”

“Eh begitukah? Jadi kau tak mau kubuatkan sesuatu?”

“Tidak. Um—Terima kasih hyung”

Luhan membulatkan kedua matanya. “Terima kasih untuk apa?”

“Karena kau telah menjadi hyung yang baik”

“Baekhyun—“

“Ne, Luhan hyung”

“Kau ini memuji atau—“

“Aku memujimu hyung. Kau memang hyung terbaik”

“Huft! Andai saja Sehun mengatakan itu juga” Ucap Luhan. Raut wajahnya kini berubah menjadi sedih.

“Eh? Hyung, kenapa wajahmu menjadi seperti itu? Um—Mian”

“Tak apa”

“Hyung, kecelakaan itu bukan kesalahanmu. Jadi, kupikir tidak seharusnya Sehun marah atau mungkin membencimu”

“Itu salahku. Andai saja kubiarkan Sehun menyuruh eomma dan appa untuk naik taksi. Mungkin kecelakaan itu tak akan pernah terjadi. Ah—Sudahlah, aku sudah telat. Aku mau pergi ke kampus dulu“ Ucap Luhan lalu beranjak ke kamarnya.

‘Hyung, kau tenang aja. Aku akan membantumu menjelaskan semuanya pada Sehun’

.
.
.
.
.

Kim Jongin dan Oh Sehun.

Lihatlah kedua bocah berusia 18 tahun yang sudah lama bersahabat itu. Sifat mereka sungguh kekanakan. Sehun yang kini sudah berdiri tepat di halte bus hanya mampu menggumam kesal. Kedua tangannya terlipat manis di depan dada. “Cih! Lambat sekali bocah itu” Gumamnya sambil menatap Kai yang masih berlari menuju ke arahnya.

Kalian tentu masih ingat dengan kejadian di rumah Kai bukan? Ya, setelah lama menunggu Kai yang super santai itu, akhirnya Sehun pun memutuskan untuk meninggalkan Kai yang masih mengikat tali sepatunya. Ia memilih untuk berangkat ke kampusnya terlebih dahulu.

“Lelah? Hmm—“ Tanya Sehun saat Kai tiba di halte bus itu.

Kai memutar bola matanya malas. “Cih! Nada bicaramu sungguh mengejekku”

“Makanya lain kali jangan lupa hari seperti tadi!” Ucap Sehun sambil terkekeh.

“Apa katamu?”

“Ah—Tidak, aku tak mengatakan apapun” Ucap Sehun. “Hey, lihat! Busnya sudah datang” Ucapnya lalu berjalan perlahan menuju bus.

Bukannya menaiki bus. Kai justru melihat seseorang yang tengah berlari kecil menuju halte bus. “Sehun, lihatlah! Bukankah itu Luhan hyu—“

“Cepat naik atau kau mau tertinggal?” Ucap Sehun sebelum ia benar-benar melesat masuk ke dalam bus itu.

“Huft—Kau benar-benar menyebalkan, Oh Sehun!” Gumam Kai sambil menggelengkan kepalanya. Ia pun menunggu Luhan yang berlari menuju kearahnya.

“SEHUN, KAI TUNGGU AKU!“ Teriak Luhan sambil berlari sekuat tenaga. Ia harus berlari cepat agar bisa berada satu bus dengan Sehun.

“Hyung, akhirnya kau sampai juga” Ucap Kai sambil terkekeh.

“Huft! Melelahkan” Ucap Luhan sambil mengelap keringat yang mengucur di dahinya.

“Anggap saja olahraga pagi, hyung. Kkkk—“ Ucap Kai sambil terkekeh pelan. Luhan pun mengangguk sambil tersenyum.

“Kai, bagaimana kabarmu dan Sehun?” Tanya Luhan.

“Aku baik-baik saja, hyung. Sedangkan Sehun—“


Tiiiinn... Tiiiinn...


“Kai, sepertinya pak supir sudah menyuruh kita untuk cepat naik”

Kai mengangguk. “Ah—Benar juga. Hyung, ayo naik! Nanti kita bisa tertinggal” Ucap Kai.

“Ne, kajja!”

“Oh iya, hyung. Nanti kau saja yang duduk bersama Sehun. Aku tau kau merindukannya” Ucap Kai lalu menaiki bus itu terlebih dahulu. Luhan hanya terdiam sebentar lalu mengikuti Kai masuk ke dalam bus itu.

.
.
.

Setelah Kai dan Luhan naik, bus yang ditumpangi mereka pun segera berjalan menuju tempat perhentian selanjutnya. Di saat Luhan sedang mencari-cari tempat duduk Sehun. Kai yang sedang duduk di bangku paling belakang pun memberitahunya dengan berbisik.

“Pssttt! Luhan hyung, disana” Bisiknya sambil melirik tempat duduk Sehun.

“Ah? Baiklah” Ucapnya sambil mengangguk.

“Semoga berhasil hyung”

Luhan pun berjalan menuju Sehun dan langsung duduk disampingnya. Ia melihat adiknya yang tengah memandang ke arah luar kaca. Sudah lama ia tak duduk di dekat Sehun. Ia sangat rindu pada adiknya. “Sehunie” Ucap Luhan pelan.

Namun, Sehun tak mendengarnya. Hal itu jelas saja terjadi karena saat ini Sehun sedang memakai earphone. Ia sedang mendengarkan musik dengan volume yang sangat keras. “Kai-ya, sepulang dari kampus temani aku ne?” Ucapnya sambil mengalungkan earphone ke lehernya.

“Sehun, ini aku—“ Ucap Luhan sambil menundukkan kepalanya. Ia sedang mengumpulkan keberanian untuk berbicara pada adiknya itu.

Merasa tak asing dengan suara orang disampingnya. Sehun pun menoleh ke arah orang itu. Dan betapa terkejutnya ketika ia mendapati Luhan yang tengah duduk menunduk disampingnya. 'Luhan hyung—‘ Batinnya.

“Sehunie. Umm—aku ingin meminta maaf padamu. Aku, aku tahu kau masih marah padaku atau mungkin kau membenciku. Ya, aku memang pantas mendapatkan itu semua. Tapi kau perlu tahu satu hal, bahwa aku, aku tak pernah menginginkan kecelakaan itu terjadi. Apalagi—“

“Cukup! Aku tak mau dengar apapun lagi darimu”

“Tapi—“

“Lagi pula siapa yang menyuruhmu duduk disini? Dimana Kai?”

“Kai yang menyuruhku untuk duduk disini”

“Lalu kenapa kau menuruti kemauan bocah itu huh? Bukankah sudah kukatakan sebelumnya agar kau tak pernah lagi menggangguku? Tak bisakah kau mengerti bahwa sampai kapanpun aku tak ingin bertemu lagi denganmu?” Ucap Sehun kesal. Ia pun bangkit dari tempat duduknya. “Minggir!”

“Tidak” Ucap Luhan sambil menatap Sehun lekat. Kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.

“Kubilang minggir! Aku mau turun!”

“Tidak, sebelum kau memaafkan aku” Sahut Luhan sambil tetap menatap Sehun.

“Aku tak akan pernah memaafkanmu dan aku... Sangat membencimu!” Bisiknya. Sehun pun mendorong kaki Luhan yang menghalanginya dengan kasar. Lalu berjalan ke depan menuju pintu bus yang masih tertutup. Ia menunggu bus itu terhenti.

“Kau membenciku?” Ucapnya bergetar. Tangisnya mulai pecah. Luhan pun mengusap kasar air mata yang mulai mengalir dari sudut matanya. Ia pun pindah ke pojokan. Tempat duduk yang tadi ditempati oleh Sehun.

“Sehun, apa yang dia lakukan?” Ucap Kai yang langsung berlari kecil menuju tempat duduk Luhan. “Hyung kau baik-baik saja?” Ucapnya lalu duduk disamping Luhan.

Luhan mengangguk sambil tersenyum tipis. “Ne, aku baik-baik saja” Sahutnya sambil menatap ke arah luar kaca bus itu.

.
.
.

Setelah dua menit menunggu, akhirnya bus itu terhenti di sebuah halte. Sehun pun langsung turun begitu saja. Meninggalkan Kai dan Luhan yang masih berada di dalam bus. Ia sudah tak peduli lagi dengan jam kuliahnya yang sebentar lagi akan dimulai. Dadanya sangat sesak. Sesak saat mengatakan sesuatu yang mungkin akan membuat hyungnya menangis begitu saja.

“Kau bodoh—“ Ucap Sehun dengan suara yang nyaris tak terdengar oleh siapapun. Ia kembali menatap bus yang telah kembali berjalan menuju perhentian berikutnya.



-To Be Continued-

.
.
.

:::NEXT CHAPTER:::

“Tolong berikan ini pada Sehun”

“Sehunie, ini ice cream yang kau minta”

“Kenapa kau sendirian? Dimana Oh Sehun?”

“Tapi kau harus berjanji untuk menjawabnya!”

“Janji?”

"Luhan hyung, tolong maafkan aku” 

.
.
.

Yo, yang udah baca jangan main kabur aja yo! Lu, lu pada harus ninggalin jejak dulu yo! Karena gue butuh banget saran dari lu semua yo! *ngerapp bareng Chanyeol* 

Oke, gomawo ne yang udah bersedia membaca fanfic ini. Jangan lupa ditunggu komentarnya! Sekian dan terima Kai ^_^

Pai pai . . . . .


Rabu, 17 Desember 2014

[FF] Destiny - Chapter 6 : Bad Morning


Title : Destiny

Author : Dyan Rosdiana

Cast :
  1. Kim Jongin / Kai (EXO) as Kim Jongin / Kai.
  2. Kim Hyora (OC).
  3. Lee Taemin (SHINee) as Kim Taemin.
  4. Kim Kibum / Key (SHINee) as Kim Kibum / Key.
  5. Oh Sehun (EXO) as Oh Sehun.
  6. Do Kyungsoo (EXO) as Do Kyungsoo.
  7. Kim Myungsoo / L (Infinite) as Kim Myungsoo.
  8. Park Hyunae (OC).
  9. Byun Baekhyun (EXO) as Byun Baekhyun.
Genre : Humor, Brothership, Family , Friendship, School Life

Rating : T

Lenght : Chaptered

Disclaimer : Seluruh ide cerita dan OC dalam ff ini adalah murni karangan author. Seluruh cast punya allah, orang tua, agensi, EXO-L, Shawol

A/N : Fanfiction ini juga aku publish di akun wattpadku. Jika ada kesamaan cerita atau nama tokoh harap dimaklumi ya! Dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak! ^^


Warning! Gaje, Typo, OOC, dan penulisan tidak sesuai dengan EYD.



Chapter sebelumnya => Chapter 5






"Senang, bahagia, sedih dan perasaan yang tersakiti. Semuanya campur aduk menjadi satu. Walaupun begitu, semuanya tetap harus kujalani. Karena semua ini adalah takdir kehidupanku".


-
-

Destiny

-
-


"Baiklah, sebagai gantinya... Bagaimana kalau besok aku traktir kau makan ice cream?"

"Woah! Ne, aku mau! Hmm... Taemin, sudah dulu ne? Aku mengantuk..."

"Baiklah... Sampai bertemu besok!"


Tuutt... Tuutt... Tuutt...


Sambungan telepon itu pun akhirnya terputus. Aku pun meletakan ponselku ini di meja belajar yang berada di dekat ranjangku. Setelah itu aku memejamkan kedua mataku ini.

-
-

Destiny (Chapter 6 : Bad Morning)

-
-


"Eugh~" Gadis itu sedikit terusik karena seberkas cahaya matahari pagi menembus jendela kamarnya, menerpa wajah cantiknya yang tengah terlelap dengan damainya. Kedua matanya mulai membuka secara perlahan. Jemari tangannya meraba meja yang terletak di dekat tempat tidurnya, mencari barang berharga miliknya yang terletak disana. "Mwo? Setengah enam?" Jeritnya dengan kedua mata terbelalak. "MYUNGSOO OPPA!!!!!!" Kali ini ia benar-benar berteriak dengan sangat kencang. Jika ini adalah film kartun atau anime, mungkin kalian akan melihat keadaan rumah Hyora yang akan terguncang seketika.

.
.
.
.
.

Di sebuah kamar tidur, terlihatlah seorang pemuda tampan berambut hitam tengah duduk sambil menulis. Oh tidak, sepertinya bukan sedang menulis. Lebih tepatnya ia sedang duduk di kursi, dengan tangan kanan yang menggenggam pulpen. Ya, pemuda itu -Kim Myungsoo- sedang berkutat dengan tugas sekolahnya yang semalam belum sempat ia selesaikan. "Aish~ Bagaimana lagi ini? Aku sudah tidak tau kelanjutannya" Ucapnya kesal lalu tanpa sengaja ia melempar pulpen hitam miliknya. Dan pulpen itu sukses terjatuh di kolong meja belajarnya.

"Aish! Ada-ada saja sih. Kenapa pulpennya malah terlempar?" Gerutunya. Ia pun segera menunduk untuk mengambil pulpen itu. Namun, belum sempat ia mengambil pulpen itu...

"MYUNGSOO OPPA!!!!" Tiba-tiba saja terdengar suara jeritan yang sangat kencang memanggil namanya. Hal itu tentu saja membuat Myungsoo terkejut.


DUKKK...


"Appo!!!" Ringisnya saat kepalanya sukses mencium meja belajar miliknya. Ia pun mengelus-elus kepalanya dan langsung berjalan menuju kamar adik perempuannya -Kim Hyora-.

Belum sempat Myungsoo membuka kenop pintu kamar Hyora, ternyata sang pemilik kamar sudah membukanya terlebih dahulu. "Kyaa~ Hantu!!!" Jerit Hyora.


Pletak...


Satu jitakan sukses mendarat di kepala gadis itu. Hal ini membuat gadis itu langsung mengelus kepalanya sambil mengerucutkan bibirnya. "Aish~ Oppa kenapa memukulku?" Tanyanya kesal.

"Yak! Hyora, babo! Harusnya aku yang bertanya padamu! Kenapa pagi-pagi begini kau sudah membuat masalah?" Myungsoo memberi death glare pada Hyora.

"Mwo? Masalah? Memangnya aku membuat masalah apa? Jangan seenaknya saja menuduh seperti itu!" Hyora pun tak mau kalah dari Oppanya.

"Kenapa kau harus berteriak seperti tadi huh?"

“Itu karena... Apa Eomma dan Appa sudah berangkat ke New York?” Tanya Hyora.

Myungsoo hanya mengangguk pelan. “Ne, mereka sudah berangkat sejak tadi”

“Aish~ Kenapa oppa tidak membangunkanku?” Ucap Hyora sembari mengerucutkan bibirnya lucu.

Myungsoo hanya menggelengkan kepalanya. “Ternyata kau tidak sadar huh? Sejak tadi aku sudah membangunkanmu, tapi kau tetap tertidur pulas. Jadi jangan salahkan aku!” Ucap Myungsoo sambil beranjak dari kamar Hyora. Ia berjalan menuju tangga rumahnya.

“Yak! Kau mau kemana? Aku belum selesai bicara” Tanya Hyora sambil mengikuti Myungsoo yang tengah menuruni tangga.

“Kau mau mengoceh apalagi huh? Dari pada kau mengoceh, lebih baik cepat mandi lalu siapkan sarapan untuk kita!” Pinta Myungsoo dengan seenaknya.

“Aish~ Apa-apaan dia? Seenaknya saja menyuruhku seperti itu!” Ucap Hyora kesal sambil berkacak pinggang. Ia pun berjalan menuju dapur. Membuka kulkas untuk melihat persediaan bahan makanan. Dan... “OPPA!!!” Lagi dan lagi, ia berteriak sekencang mungkin. Membuat seseorang yang dipanggil namanya berdecak kesal.

“Ada apa lagi huh? Tidak bisakah kau tidak berteriak sekali saja?” Ucap Myungsoo setelah tiba di dapur.

“Mianhae, tapi kurasa tidak bisa” Ucap Hyora sambil terkekeh pelan. Membuat Myungsoo semakin kesal pada adik manisnya itu.

“Memangnya ada apa lagi?”

“Kurasa takan ada sarapan untuk pagi ini...” Ucap Hyora berterus terang.

“Tidak ada sarapan? Apa maksudmu?” Myungsoo mengerutkan keningnya. Ia tak mengerti apa yang sedang dibicarakan adiknya itu.

Hyora pun membuka pintu kulkas yang berada didekatnya itu. Lalu jari tangannya menunjuk kearah kulkas. “Lihatlah! Tidak ada persediaan apapun didalam sini”

Kedua bola mata namja manis itu membulat sempurna. “MWO? J-Jadi Eomma dan Appa pergi ke New York tanpa meninggalkan persediaan makanan apapun?”

Hyora menganggukan kepalanya. “Ne, lalu bagaimana?”

Myungsoo hanya mengangkat bahunya. “Aku tak tau. Ah, sudahlah! Lebih baik kita segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah”

Hyora mengangguk pasrah. “Baiklah...”

Myungsoo dan Hyora pun segera pergi menuju ke kamar mereka masing-masing untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah.

.
.
.
.
.

TOK... TOK... TOK...


Seorang namja tengah mengetuk pintu sebuah kamar tidur. Ia menunggu di depan pintu itu dengan setia. Dalam hatinya, ia berharap sang penghuni kamar akan membuka pintu untuknya. Namun, kali ini harapannya tak terwujud. Terbukti setelah beberapa menit menunggu, tak satu pun penghuni kamar membuka pintu untuknya. Akhirnya ia pun membuka kenop pintu itu.


Cklek...


Ia pun masuk ke dalam kamar itu dengan perlahan. Sepasang matanya menangkap sosok penghuni kamar yang masih terlelap di alam mimpi. “Ckck... Dasar pemalas!” Ucapnya sambil berkacak pinggang. Ia pun menarik napas dalam-dalam, lalu...

“TAEMIN-AH! KAI-YA! CEPAT BANGUN!!!!” Teriaknya dengan sekeras mungkin. Membuat sang penghuni kamar terusik.

“Hyung, berisik! Jangan berteriak seperti itu!” Ucap Taemin sambil mengerjapkan kedua matanya.

“Lima menit lagi hyung...” Sahut Kai dengan kedua mata yang masih terpejam.

“YAK! KIM JONGIN, CEPAT BANGUN!!!!” Teriak Key.

“Sebentar lagi hyung...” Ucap Kai. Ia menarik selimutnya sampai menutupi seluruh tubuhnya.

Key pun semakin kesal dengan aksi dongsaengnya itu. Ia pun berjalan menuju tempat tidur Kai. Taemin yang masih setengah sadar pun bergidik ngeri melihat hyungnya itu. “KIM JONGIN, CEPAT BANGUN!” Teriaknya lagi.

“Aish~ Sebentar lagi hyung! Aku masih meng—“

“CEPAT BANGUN ATAU KAU MAU KUSIRAM SEPERTI KEMARIN HUH?” Teriak Key sambil menarik selimut yang dipakai oleh Kai.

“Hyung, kau sungguh menyebalkan!” Gerutu Kai sambil mengerucutkan bibirnya.

“Kau bicara apa?” Tanya Key.

“Ah—Tidak, tidak. Aku tidak mengatakan apapun. Sudahlah sana, hyung lebih baik keluar dari kamarku!!!” Usir Kai dengan seenaknya.

Key memutar bola matanya malas. “Dasar dongsaeng kurang ajar! Seenaknya saja kau mengusirku” Ucapnya kesal. Membuat kedua dongasengnya terkekeh pelan. Key pun segera beranjak dari kamar Taemin dan Kai.

.
.
.
.
.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup sebentar, kini Hyora dan Myungsoo telah tiba di parkiran sekolah mereka.

“Oppa, aku lapar. Kita ke kantin dulu ne?” Tanya Hyora. Myungsoo mengangguk setuju. Ia menerima tawaran adiknya karena memang perutnya terasa lapar.

.
.
.
.
.

“Disini masih sepi sekali...” Ucap Hyora sambil menatap sekelilingnya. Ia pun menempatkan dirinya di salah satu kursi kosong yang berada di kantin itu.

Myungsoo mengangguk pelan. “Tentu saja, pedagang pun belum banyak yang buka. Hmm—Jadi kau mau pesan apa?” Tanya Myungsoo pada Hyora.

Hyora pun diam sampai beberapa menit, ia tampak sedang berpikir keras.

“Yak! Kenapa kau diam saja huh? Aku bertanya padamu, bodoh! Kau mau pesan apa?”

Hyora memutar bola matanya malas. “Aku ingin nasi goreng kimchi saja”

“Baiklah, aku akan pesan makanan dulu. Kau tunggu disini!” Ucap Myungsoo. Sedangkan Hyora hanya mengangguk tanpa menjawab apapun. Dan tentu saja hal itu membuat Myungsoo –Kakaknya- mendengus kesal. “Kau mendengarku tidak?!” Tanyanya lagi.

“Ne, oppa tersayang! Aku mendengarmu, sudah sana cepat pesankan aku makanan!” Perintah Hyora dengan seenaknya saja.

“Cih! Menyebalkan!!!” Ucap Myungsoo dengan kesal. Ia pun segera beranjak dari tempatnya.

.
.
.
.
.

Setelah beberapa menit menunggu, sepertinya Hyora mulai bosan. Ia masih duduk sendirian, ya karena Myungsoo belum juga kembali. Ia pun menopang dagunya sambil sesekali tangan yang lain mengetuk-ngetuk jarinya pada meja.

“Annyeong! Pagi-pagi begini kenapa sudah melamun eoh?” Sapa seorang namja yang baru datang pada Hyora. Ia pun duduk dibangku kosong yang berada disamping kanan Hyora.

“Aish—Memangnya siapa yang melamun?”

“Kau Hyora-ya! Memangnya siapa lagi?” Tanya namja itu. “Kenapa kau disini sendirian?”
Hyora menggeleng pelan. “Tidak, aku bersama Myungsoo oppa”

“Benarkah? Kau mengigau ya? Sepertinya aku hanya melihatmu disini”

“Aku tidak mengigau, sunbae! Myungsoo oppa sedang memesan nasi goreng kimchi. Sunbae sendiri sedang apa disini?”

“Berhenti memanggilku formal seperti itu, Kim Hyora!” Ucap namja itu kesal.

Hyora hanya terkekeh pelan. “Ne, Baekhyun oppa. Jadi, kenapa kau ada disini?“

“Oh, ini tadi aku baru saja membeli air mineral. Tak sengaja, aku melihatmu duduk sendirian disini” Ucapnya sambil menunjukkan botol mineral di tangannya.

Byun Baekhyun adalah teman sekaligus sahabat dari Myungsoo. Mereka sudah bersahabat sejak kelas 10. Ia juga cukup dekat dengan Hyora, karena ia sering berkunjung ke rumah Myungsoo.

“Baekhyun-ah, kau sudah sampai ne? Sejak kapan kau ada disini?” Tanya Myungsoo yang baru saja kembali dengan membawa dua piring nasi goreng kimchi pesanannya.

“Yak! Myungsoo, kenapa kau hanya memesan dua makanan huh? Cepat pesankan untukku juga!”

“Aish~ Apa-apaan kau ini? Baru datang sudah menyuruhku seenaknya saja!”

“Sahabat macam apa kau ini? Pelit sekali dengan sahabatmu yang tampan ini” Ucap Baekhyun sambil mempoutkan bibirnya.

“Biar saja aku pelit, lagi pula aku kan hanya pelit padamu. Dan satu lagi, kau itu tidak tampan. Tapi... Kau imut!” Ucap Myungsoo sambil tertawa geli. Sedangkan Baekhyun –sahabatnya- memberinya death glare yang sama sekali tak menyeramkan.

“Kau tak percaya kalau kau imut?” Tanya Myungsoo pada Baekhyun.

Baekhyun menggeleng. “Tidak, aku tidak percaya”

“Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja pada Hyora” Myungsoo melirik Hyora.

Hyora mengangguk menyetujui pendapat Myungsoo. “Ne, Baekhyunie oppa memang sangat imut. Aku iri pada wajah imut oppa”

“YAK! KIM HYORA! KIM MYUNGSOO!!!” Baekhyun berteriak kesal pada dua orang itu.




-To Be Continued-


.
.
.

Next Chapter


“Ne, Baekhyun-ah...”

“Oh iya, dimana Chanyeol?”

.
.

"Taemin-ah, nanti jadi kan kita beli ice cream?"

"Memangnya siapa yang mau membelikanmu ice cream?"



 

Statistik

Statistik

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net SEO Stats powered by MyPagerank.Net

Berlangganan Melalui

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner